Reptil dalam Pandangan Islam
Islam memandang reptil sebagai mahluk ciptaan yang tidak berbeda dari mahluk lainnya. sebagian reptil dapat memberi manfaat bagi manusia, sementara sebagian lain memberi madharat. Beberapa narasi hadits populer terkait reptil mencakup hukum memakan reptil, dan anjuran membasmi reptil yang memberi madharat dan berbahaya bagi manusia. Hukum memakan reptil dapat dijumpai pada beberapa hadits yang merujuk pada jenis tertentu, seperti pada kasus hukum memakan dhabb yang sering diterjemahkan sebagai biawak, walau para peneliti masih meragukan identitas hewan dhabb ini apakah benar biawak atau hewan lain yang menyerupai biawak.
Dari Abduurahman bin Hasnah bahwa para shahabat memasak dhabb, lalu nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya satu umat dari bani Israil diubah menjadi hewan melata di tanah, aku khawatir mereka itu adalah hewan ini, jadi buanglah.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Ath-Thahawi)
Dari Ibnu Abbas ra berkata,”Aku makan dhabb pada hidangan RasulullahSAW.” (HR Bukhari Muslim)
Dari Ibnu Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang hukum dhabb, maka beliau menjawab, “Aku tidak memakannya namum tidak mengharamkannya.” Beliau juga ditanya tentang hukum makan belalang, maka beliau menjawab, “Hukumnya sama.” (HR An-Nasa’i)
Rasulullah SAW bersabda, “Makanlah hewan itu karena hukumnya halal. Namun hewan itu bukan makananku.” (HR Muslim)
Berdasarkan beberapa narasi hadits diatas, terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai hukum memakan dhabb. Pengharaman mereka berangkat dari adanya hadits-hadits di atas yang esensinya mengharamkan seorang muslim memakan daging dhabb. Bahkan Rasulullah SAW sampai memerintahkan untuk membuangnya, karena beliau khawatir hewan itu adalah penjelmaan dari umat terdahulu yang dikutuk jadi hewan. Perintah untuk membuangnya berarti makanan itu haram. Karena kalau halalatau sekedar makruh, tidak mungkin beliau perintahkan untuk membuangnya. Sebab membuang makanan, meski tidak suka, hukumnya haram. Mereka yang menghalalkan makan daging dhabb tentu saja berhujjah dengan hadits-hadits yang membolehkan. Yaitu Rasululah SAW membolehkan makan dagingnya, meski beliau sendiri tidak memakannya. Sedangkan terhadap hadits-hadits yang membolehkannya, mereka mengatakan bahwa kedudukan hadits-hadits itu lemah dan bermasalah, sebagaimana hasil peniliaian para ulama berikut ini:
Ibnu Hazam mengatakan bahwa hadits riwayat Abu Daud tentang Rasulullah SAW melarang (makan) dhabb itu adalah hadits yang bermasalah pada isnadnya. Beliau mengatakannya perawinya dhaif (lemah) dan majhul (tidak diketahui). Demikian juga dengan Al-Baihaqi, beliau mengatakan bahwa dalam isnad hadits ini ada perawi yang bernama Ismail bin Ayyash. Menurut beliau perawi ini termasuk kategori: laisa bihujjah (tidak bisa dijadikan dasar argumen). Mereka juga mengatakan bahwa hadits yang melarang makan dhabb karena Rasulullah SAW khawatir hewan itu penjelmaan manusia yang dikutuk, tidak bisa diterima. Sebab bertentangan dengan hadits lainnya yang menyebutkan bahwa Allah SWT tidak mengutuk orang jadi hewan lalu hewan itu bisa beranak pinak dan berketurunan. Kemungkinan saat itu Rasulullah SAW belum menerima wahyu lebih lanjut bahwa umat terdahulu yang dikutuk menjadi hewan tidak akan punya keturunan, bahkan setelah jadi hewan, tidak lama kemudian mereka mati.
Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang kera dan babi, apakah hewan itu penjelmaan (orang yang dikutuk di masa lalu)? Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah SWT tidak menghancurkan suatu kaum atau mengutuknya jadi hewan sehingga mereka punya keturunan.”
Asal hadits ini dari riwayat Imam Muslim, sebagaimana ditulis oleh Ash-shan’ani di dalam kitab beliau, Bulughul Maram. Wallahu a’lam bishshabwab.
Perbedaan pendapat hukum memakan dhabb diatas kemudian dianalogikan dengan hukum memakan biawak, karena banyak yang mengira dhabb ini adalah biawak, padahal tidak ada yang menjelaskan secara terperinci apakah 2 hewan diatas adalah sama. Berdasarkan karakteristik dhabb menurut ulama, ciri morfologi dhabb diantaranya: sepintas mirip biawak, bunglon dan tokek, ukuran tubuh lebih kecil dari biawak, memiliki ekor yang kasar dan berduri dengan tekstur kesat dan bersisik, ekor tidak terlalu panjang seperti pada biawak, memiliki warna mirip tanah yaitu gelap, umumnya mereka hewan herbivor atau insectivor dengan preferensi pakan belalang sehingga tidak termasuk hewan buas, habitat alami dhabb adalah gurun, bukan rawa atau habitat lembab seperti biawak di Indonesia pada umumnya, jika diartikan secara bahasa, biawak dalam bahasa arab disebut Warol, bukan dhabb. Berdasarkan informasi tersebut, kemungkinan hewan dhabb yang dinarasikan dalam hadits sebagai hewan yang dianggap halal oleh sebagian ulama bukanlah biawak, namun hewan Genus Uromastyx.
Gambar 16.Uromastyx aegyptia (Forskal, 1775), (@Ahmad Alshammaryreptile-database)
Berbeda dari hewan diatas, biawak adalah hewan buas pemakan daging, bertaring dan bercakar tajam. mereka juga bersifat agresif dan sebagian mengkonsumsi bangkai. Meskipun ada beberapa jenis biawak yang memiliki habitat alami di gurun, namun jelas berbeda dengan apa yang dijelaskan pada ciri-ciri hewan dhabb diatas, sehingga dalam hal ini sebagian besar ulama berpendapat bahwa biawak haram dimakan dan berbeda dari dhabb. Berdasarkan pengelompokannya pun, biawak dan dhabb berasal dari 2 famili yang berbeda. Sehingga dapat dipastikan bahwa yang di maksud dhabb oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bukanlah biawak seperti yang diduga oleh sebagain masyarakat kita.
Berikut adalah klasifikasi dari salah satu jenis dhabb dan biawak:Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataKelas: ReptiliaOrdo: ReptiliaFamili: AgamidaeGenus: Uromastyx
Spesies: Uromastyx aegyptia (Forskal, 1775)
Famili: VaranidaeGenus: Varanus
Spesies: Varanus salvator (Laurenti, 1768)
Gambar 17. Biawak Varanus salvator (foto: Andre Koch)
Reptil lain yang disinggung dalam narasi hadits adalah ular dan hewan serupa cicak (wazagh). Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk membunuh dua kelompok reptil tersebut. Adapun beberapa hadits yang menyinggung 2 hewan diatas dapat ditemukan pada beberapa konteks yang berbeda menurut riwayatnya.
“Bunuhlah semua ular, barangsiapa yang takut pada dendam mereka, maka ia bukan dari golonganku”.riwayat Abu Daud, Shahih, al Misykah(4140).
“Tidaklah kami pernah berdamai dengannya (ular) sejak kami memusuhinya, maka barangsiapa yang membiarkannya lantaran rasa takut, maka ia tidak termasuk golongan kami.” riwayat Abu Daud, Hasan Shahih: Al Misykah (4139).
Dari Abbas bin Abdul Muthalib Radhiyallahu anhu, ia berkata kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya kami akan membersihkan zam-zam sedang di dalamnya terdapat jinaan ini, yaitu ular kecil?” Rasulullah pun menyuruhnya untuk membunuhnya,” demikian diriwayatkan Abu Daud, Shahih: Apabila Ibnu Sibat benar-benar mendengar dari Al Abbas: Al Misykah (4141)].
Konteks narasi hadits diatas terjadi ketika terdapat ular kecil di dalam sumur air zam zam dan Rasulullah segera memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya karena kehadiran ular tersebut dapat membahayakan nyawa jika tidak dibunuh. konteks perintah membunuh ular disini lebih diutamakan dalam kondisi membela diri. Segala sesuatu yang dilakukan dengan niat melindungi diri dari suatu keburukan bukanlah dihitung sebuah perbuatan dosa karena Rasulullah bersabda perihal pembelaan diri ini pada hadits lain:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan kau beri padanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia malah membunuhku?”, ia balik bertanya. “Engkau dicatat syahid”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 140)
Pada beberapa hadits lain, terdapat sedikit perbedaan pada kasus ular yang masuk ke dalam rumah, sebagian ulama berpendapat boleh diberi peringatan terlebih dahulu selama tiga kali. Jika ular itu pergi maka dibiarkan dan tidak dibunuh, Namun jika tidak pergi, maka diperbolehkan untuk dibunuh. Namun untuk lebih menjamin keamanan, tak apa jika ular tersebut segera dibunuh.
“Sesungguhnya di rumah-rumah ada ular-ular yang berada di rumah-rumah. Apabila kalian melihat satu dari mereka, maka buatlah peringatan padanya tiga kali. Apabila pergi, maka biarkan dan bila tidak mau pergi maka bunuhlah, karena dia itu kafir,” demikian diriwayatkan Muslim nomor hadis 2236.
Sebagian Ulama berselisih paham mengenai pendapatnya tentang hukum membunuh ular yang ada di dalam rumah. Pendapat pertama menyebutkan bahwa ular dibunuh tanpa harus diberi pringatan dahulu baik di kota Madinah atau di luar kota tersebut. Mereka berpendapat bahwa banyak sekali hadits yang memperbolehkan untuk membunuh ular termasuk hadits Ibnu Umar dan Ibnu Mas’ud yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memperbolehkan kita untuk membunuh ular tanpa harus diperinci ular tersebut berada di dalam atau di luar rumah. Pendapat hukum kedua dari Ibnu Abdilbararr rahimahuallah menyebutkan bahwa tidak boleh membunuh ular di dalam rumah sebelum diberi peringatan, baik di rumah-rumah yang ada di wilayah Madinah atau kota di luar Madinah.
Imam Malik rahumahuallah berkata, “Lebih baik diperingatkan dahulu ada ular-ular yang ada di rumah di Madinah maupun di luar kota0020tersebut selama tiga hari,” (at-Tahmid 16/263). Pendapat imam Malik diatas merujuk pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ib, yang berkunjung ke rumah Abu Sa’id dan diceritakan tentang seorang pemuda yang membunuh ular yang menyebabkan istrinya keluar rumah karena panik, dan juga terbunuh oleh ular tersebut. Rasulullah kemudian bersabda “Sungguh, di Madinah ini ada sekelompok jin yang sudah masuk Islam. Jika kalian melihat salah satu dari mereka (dalam wujud ular) maka usirlah ia dengan halus selama tiga hari. Bila setelah tiga hari ia tetap saja enggan meninggalkan rumah, bunuhlah ia karena hewan yang demikian itu adalah setan!”.
Pada Narasi lain yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah SAW berakata : “Sesungguhnya ada ular di rumah. Apabila kalian melihatnya, maka buatlah peringatan tiga kali. Apabila pergi, maka biarkan dan apabila tidak mau pergi, maka bunuhlah” (HR Muslim : 2236)
Pendapat ketiga dari Imam Nafi, yaitu tidak boleh membunuh ular yang ada di dalam rumah di kota Madinah kecuali setelah diberi peringatan tiga kali. Namun, ular yang ada di luar rumah boleh dibunuhtanpa diberi peringatan terlebih dahulu.Sedangkan pendapat keempat dari Abu Lubabah menyebutkan bahwa tidak ada seekor ular pun yang dibunuh di dalam rumah baik di kota Madinah atau di laur kota tersebut kecuali ular berbisa dengan garis hitam di punggung dan memiliki ekor pendek.
Gambar 18. Foto Arabian viper Genus Cerastes (@Eyal Bartov)
Berdasarkan perbedaan pendapat dan penjelasan narasi hadits-hadits diatas, dapat diketahui bahwa sebagian ular bisa jadi merupakan jelmaan dari jin yang menghuni di rumah-rumah dan pemukiman manusia. sehingga pada kasus ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menganjurkan untuk memberi peringatan kepada ular yang masuk ke dalam rumah, karena dikhawatirkan dia adalah kaum jin yang telah masuk islam. Jika memang jin, maka dia dapat mendengar peringatan kita dan memahaminya karena ular tidak memiliki kemampuan pendengaran dan pemahaman pada apa yang kita ucapkan.
Bolehnya membunuh ular ada ‘illat yang menyebabkannya untuk dilakukan terutama jika dengan membiarkannya dapat membahayakan nyawa. Sehingga membunuh ular dengan tujuan untuk menjaga diri dianjurkan bahkan ditegaskan untuk dilakukan. adapun jika ular tersebut tidak membahayakan nyawa, para ulama sebagian berpendapat untuk membiarkannya. Berdasarkan informasi dari pendapat ke empat, ada pengecualian untuk segera membunuh ular jenis tertentu jika masuk ke dalam pemukiman. Ada ular yang bisa segera di bunuh diantaranya yang memiliki beberapa karakter yaitu berbisa, bergaris hitam, berekor pendek. Deskripsi yang digambarkan dari karakter tersebut merujuk kepada ulardari famili viperidae (berbisa dan berekor pendek). Viperidae merupakan salah satu famili ular yang memiliki tubuh yang relatif pendek, gempal, dan berbisa tinggi. Selain itu ekor dari ular kelompok ini relatif pendek jika dibandingkan dengan ekor pada kelompok ular yang lain, bahkan sebagian jenis viper yang hidup di gurun memiliki karakter ekor yang tumpul/pendek dari jenis viper dari habitat ain. Anjuran bolehnya membunuh ular dengan deskripsi diatas dikarena ular tersebut memberi madharat, sangat mematikan dan dapat membahayakan nyawa.
Anjuran membunuh ular yang memberi madharat juga berlaku pada kasus wazagh. berikut narasi haditsnya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang membunuh wazaghah pada pukulan pertama maka dia akan mendapatkan pahala sekian dan sekian. Dan siapa yang membunuhnya pada pukulan yang kedua maka dia akan mendapatkan kebaikan sekian-dan sekian di bawah kebaikan yang pertama. Dan siapa yang membunuhnya pada pukulan ketiga, maka dia akan mendapatkan kebaikan sekian dan sekian di bawak kebaikan yang kedua.” (HR. Muslim, Sahih Muslim, 7/42)
Dari Ummu Syuraik Ra sesungguhnya Rasulullah Saw memerintahkan untuk membunuh wazagh dan beliau berkata “(wazagh) merupakan hewan yang meniup (api) kepada Nabi Ibrahim Alaihisslaam (HR. Al-Bukhari, Sahih alBukhari 4/141 No. 3359, Muslim, Sahih Muslim 7/42 No. 5981)
Dari Amir bin Sa’ad dari ayahnya sesungguhnya Nabi Saw menyuruh untuk membunuh wazagh dan menamainya fuwaisiq (merusak) (H.R. Muslim, Sahih Muslim 7/42)
Dari Aisyah Ra dari Nabi Saw bersabda: lima binatang merusak boleh dibunuh ketika pada waktu ihram yaitu tikus, kalajengking, elang, gagak dan anjing buas (HR. Bukhari, Sahih al-Bukhari, 4/129)
Berdasar beberapa hadits diatas, anjuran dan perintah membunuh wazagh muncul karena beberapa sebab, diantaranya karena keberpihakan hewan tersebut kepada musuh Allah yang mendukung pembakaran Nabi Ibrahim ‘alaihi salaam, kedua karena wazagh merupakan salah satu jenis dari hewan fasiq yang dapat membawa madharat bagi manusia. Beberapa ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai identitas dari wazagh/wazaghah ini. Sebagian diantaranya menyamakan wazagh dengan cicak dan tokek, sebagian lain mengatakan berbeda dengan memberi sebutan lain sebagai tokek gurun.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai identitas wazagh yang disebutkan oleh Rasulullah, dapat diambil kesimpulan bahwa bolehnya membunuh binatang fasik yang dapat membawa kerusakan (contohnya hama, penyakit, dan hal lain yang mengancam jiwa), diantaranya seperti: tikus, kalajengking, ular, hewan buas. Madharat yang ditimbulkan bergantung pada situasinya. Misalnya wazagh jika dianggap sebagai cicak dan tokek, dapat menimbulkan madharat sebagai pembawa penyakit karena membuang kotoran sembarangan dan dapat mencemari minuman, makanan, tempat mandi dan wudlu. Madharat ini berlaku jika mereka ditemukan di dalam rumah, sehingga untuk membunuh hewan ini yang masuk ke dalam rumah karena alasan dapat menimbulkan potensi gangguan menjadi alasan dibolehkannya untuk dibunuh. Sedangkan jika wazagh dijumpai diluar rumah maka tidak ada alasan untuk membunuhnya karena pada dasarnya setiap mahluk hidup memiliki peran sebagai penyeimbang ekosistem karena pada dasarnya tidak ada sesuatu pun yang Allah ciptakan sia-sia. Membasmi jenis tertentu dapat menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbang dan berpotensi menimbulkan masalah baru, misalnya dengan hilangnya cicak dan tokek, populasi serangga akan tak terkendali, sehingga dapat menyebabkan potensi wabah dan peningkatan gangguan hama. Wallahu a’lam bishshawaab.
Bayyinatul Muchtaromah, Nur Kusmiyati, Kholifah Holil, Berry Fakhry Hanifa, Mujahidin Ahmad, Prilya Dewi Fitriasari, Lil Hanifah, Rizky Mujahidin Mulyono, Nur Izza Analisa: „Hewan Melata Dalam Islam“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Tuesday, July 16, 2024.
Pernikahan dalam Islam adalah salah satu institusi yang paling penting dalam kehidupan umat Muslim. Menurut ajaran Islam, pernikahan dianggap sebagai ikatan suci antara seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai dan ingin membangun kehidupan bersama. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa aspek hukum pernikahan dalam Islam.
Sebelum menikah, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon suami dan istri dalam Islam. Pertama-tama, keduanya harus memiliki kemampuan untuk menikah. Hal ini berarti bahwa mereka harus memiliki kesehatan yang cukup, kecukupan ekonomi, dan kemampuan mental dan emosional untuk menjalani kehidupan pernikahan.
Selain itu, dalam Islam, seorang pria dapat menikah dengan wanita Muslim, wanita Yahudi atau Kristen yang hidup dalam lingkungan Islam atau agama lain yang diakui oleh Islam. Namun, seorang wanita Muslim hanya dapat menikah dengan pria Muslim.
Proses pernikahan dalam Islam terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah lamaran, di mana calon suami mengajukan permohonan kepada calon istri untuk menikah. Kemudian, jika permohonan tersebut diterima, proses pernikahan dilanjutkan dengan upacara ijab kabul, di mana pihak calon suami mengucapkan janji nikah dan pihak calon istri menerima dengan mengucapkan kata “qabul”.
Setelah proses ijab kabul selesai, proses pernikahan dilanjutkan dengan akad nikah, di mana pernikahan diresmikan dengan menandatangani kontrak pernikahan atau akad nikah. Akad nikah ini dilakukan oleh seorang imam atau hakim di hadapan saksi-saksi yang sah.
Dalam Islam, suami dan istri memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjalani kehidupan pernikahan. Suami harus memberikan nafkah dan perlindungan kepada istri, sementara istri harus menaati suami dan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Meskipun Islam memandang pernikahan sebagai institusi suci, namun dalam beberapa situasi perceraian dapat terjadi. Menurut ajaran Islam, perceraian dapat terjadi baik atas kesepakatan bersama antara suami dan istri maupun atas permintaan salah satu pihak.
Namun, sebelum melakukan perceraian, Islam mengajarkan bahwa suami dan istri harus melakukan upaya maksimal untuk memperbaiki hubungan mereka. Mereka harus mencoba untuk memperbaiki komunikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi di antara mereka.
Islam mengizinkan suami untuk memiliki hingga empat istri, asalkan dia dapat memberikan nafkah dan perlindungan kepada semua istri dan anak-anak mereka. Namun, poligami dalam Islam tidak dianjurkan, dan seorang suami harus memperlakukan semua istri dan anak-anak mereka dengan adil.
Hiburan/permainan yang bermanfaat; yang juga dibenarkan oleh Islam, ialah berburu.
Berburu itu sendiri pada hakikatnya adalah bersenang-senang, olahraga dan bekerja, baik dengan menggunakan alat seperti tombak dan panah, atau dengan melepaskan binatang berburu seperti anjing dan burung.
Tentang syarat dan tata-tertibnya telah kami sebutkan sesuai yang dituntut oleh Islam.
Islam tidak melarang berburu kecuali dalam dua hal:
a) Ketika ihram haji dan umrah. Sebab dalam keadaan demikian adalah dalam face damai secara menyeluruh, tidak boleh membunuh dan mengalirkan darah.
"Dan diharamkan atas kamu berburu binatang darat, selama kamu dalam keadaan ihram." (al-Maidah: 96)
b) Ketika berada di tanah haram Makkah, sebab tempat ini dijadikan Allah sebagai tempat perdamaian dan keamanan bagi semua makhluk hidup, yang berjalan di darat atau yang terbang di udara; ataupun tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di tempat itu. Seperti apa yang ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya:
Seluruh permainan yang di dalamnya ada perjudian, hukumnya haram. Sedang apa yang dinamakan judi, yaitu semua permainan yang mengandung untung-rugi bagi si pemain. Dan itulah yang disebut maisir dalam al-Quran yang kemudian diikuti dengan menyebut: arak, berhala dan azlam.
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
Maksudnya: bahwa semata-mata mengajak bermain judi sudah termasuk berdosa yang harus ditebus dengan sedekah. Di antaranya ialah permainan dadu yang apabila dibarengi dengan perjudian, maka hukumannya adalah haram, dengan kesepakatan para ulama.
Tetapi apabila tidak dibarengi dengan perjudian, maka sementara ulama ada yang memandang haram, dan sebagian lagi memandang makruh.
Alasan yang dipakai oleh yang mengharamkannya, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Buraidah, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
Dan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa dari Rasulullah s.a.w. bahwa ia berkata:
Dua hadis tersebut cukup jelas dan bersifat umum, berlaku untuk semua orang yang bermain dadu, apakah dibarengi dengan judi ataupun tidak.
Tetapi asy-Syaukani meriwayatkan, bahwa Ibnu Mughaffal dan al-Musayyib membolehkan bermain dadu tanpa judi. Sedang kedua hadis tersebut diperuntukkan buat orang yang bermain dadu sambil berjudi.
Di antara permainan yang sudah terkenal ialah catur.
Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang memandang hukumnya, antara mubah, makruh dan haram.
Mereka yang mengharamkan beralasan dengan beberapa hadis Nabi s.a.w. Namun para pengkritik dan penyelidiknya menolak dan membatalkannya. Mereka menegaskan, bahwa permainan catur hanya mulai tumbuh di zaman sahabat. Oleh karena itu setiap hadis yang menerangkan tentang catur di zaman Nabi adalah hadis-hadis batil (dhaif).
Para sahabat sendiri berbeda dalam memandang masalah catur ini. Ibnu Umar menganggapnya sama dengan dadu. Sedang Ali memandangnya sama dengan judi. (Mungkin yang dimaksud, yaitu apabila dibarengi dengan judi). Sementara ada juga yang berpendapat makruh.
Dan di antara sahabat dan tabi'in ada juga yang menganggapnya mubah. Di antara mereka itu ialah: Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Sirin, Hisyam bin 'Urwah, Said bin Musayyib dan Said bin Jubair.
Inilah pendapat orang-orang kenamaan dan begitu jugalah pendapat saya. Sebab menurut hukum asal, sebagaimana telah kita ketahui, adalah mubah. Sedang dalam hal ini tidak ada satu nas tegas yang menerangkan tentang haramnya. Dan pada catur itu sendiri melebihi permainan dan hiburan biasa. Di dalamnya terdapat semacam olah raga otak dan mendidik berfikir. Oleh karena itu tidak dapat disamakan dengan dadu. Dan justru itu pula mereka mengatakan: yang menjadi ciri daripada dadu ialah untung-untungan (spekulasi), jadi sama dengan azlam. Sedang yang menjadi ciri dalam permainan catur ialah kecerdasan dan latihan, jadi sama dengan lomba memanah.
Namun tentang kebolehannya ini dipersyaratkan dengan tiga syarat:
Kalau ketiga syarat ini tidak dapat dipenuhinya, maka dapat dihukumi haram.
Amfibi dalam Pandangan Islam
Beberapa ayat berbicara mengenai amfibi secara tersurat, diantaranya sebagai wabah yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Al-A’raf:
“Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa” (QS. Al–A‘raf [7]: 133)
“Kemudian Kami kirimkan air bah kepada mereka hukuman atas penolakan dan pembangkangan mereka sehingga menenggelamkan lahan pertanian dan buah-buahan mereka. Lalu Kami kirimkan kepada mereka belalang untuk memakan hasil pertanian mereka. Kami juga mengirim kutu yang menyerang tanaman serta menyakiti manusia di rambut kepalanya. Lalu Kami kirimkan kepada mereka katak yang memenuhi wadah-wadah mereka, merusak makanan mereka dan mengganggu tidur mereka. Dan juga Kami kirimkan kepada mereka darah yang membuat air sumur dan sungai mereka berubah menjadi darah. Kami mengirimkan itu semua sebagai bukti yang nyata dan datang silih berganti secara berturut- turut. Meskipun begitu banyak hukuman yang menimpa mereka, tetapi mereka tetap enggan untuk beriman kepada Allah dan percaya kepada ajaran yang dibawa oleh Musa -‘Alaihissalam-. Mereka adalah orang-orang yang suka berbuat maksiat, tidak mau meninggalkan kebatilan dan enggan mengikuti jalan yang benar” Menurut tafsir Al-Muyassar/ kementerian agama Saudi Arabia (Tafsirweb.com, 2020), katak yang dikirimkan bertujuan untuk mengotori tempat minum (bejana), merusak makanan, dan mengganggu tidur pada orang-orang kafir yang membangkang. seperti dikutip dalam tafsir diatas.
Beberapa Hadits dan Nash sahabat juga menyebutkan amfibi khususnya “katak” secara tersurat dalam konteks konservasi dan pelestarian “dhifda”‘ yang berarti katak/kodok.
“Bahwa ada seorang tabib dokter bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam tentang katak yang akan dijadikan sebagai obat, maka Nabi shallallahu‘alaihi wasallam melarang untuk membunuhnya” (HR. Nasa’i dan Abu Dawud, Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al-Hakim, Adz-Dzahabiy rahimahumallah, dan syeikh Albaniy rahimahullah).
“Berilah keamanan bagi kodok (jangan dibunuh) karena sesungguhnya suaranya yang kalian dengar adalah tasbih, taqdis, dan takbir. Sesungguhnya hewan–hewan meminta izin kepada Rabb-nya untuk memadamkan api dari Nabi Ibrahim, maka diizinkanlah bagi kodok. Kemudian api menimpanya maka Allah menggantikan untuknya panas api dengan air.” (HR. Anas bin Malik, shahih, Abu Sa’id Asy-Syaamiy Ibrahim bin Abi ‘Ablah dan Abaan bin Shaalih, keduanya tsiqah)
“Janganlah kalian membunuh katak karena sesungguhnya suaranya adalah tasbih, dan janganlah kalian membunh kelelawar karena sesungguhnya ketika Baitul Maqdis hancur, ia berdo’a: “Wahai Tuhanku, berilah aku kekuasaan terhadap lautan agar aku bisa menenggelamkan mereka.” (HR. Baihaqiy)
Menurut pendapat imam Syafi’i, kodok tidak halal dimakan. Kodok haram untuk dibunuh, sehingga dimakan untuk keperluan konsumsi dan pengobatan menjadi haram hukumnya berdasarkan pemahaman hadits diatas, terlebih untuk dikonsumsi maupun pengobatan, akan membutuhkan jumlah kodok/katak yang relatif tidak sedikit.
Larangan membunuh katak dan kodok dalam Islam sangat tegas. Beberapa narasi memberi penyebab alasan berupa ketaatan mereka dengan senantiasa memuji Rabb semesta alam, dan memihak kepada yang Haq dengan mencoba memadamkan Nabi Ibrahim Alaihissalaam dari api yang membakarnya. Sebagai akademisi ulul albab, kita memiliki kerangka berfikir ‘akal yang sehat senantiasa sejalan dengan ayat qauliyah. Adanya larangan membunuh kodok sepatutnya memiliki hikmah lebih dari itu, kaitannya dengan adanya kebaikan yang didapatkan dengan melestarikan hewan tersebut, dan adanya potensi keburukan jika kita membunuh/membasmi kodok.
Anura memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem dengan menjaga populasi berbagai serangga merugikan tetap terkendali. Sebagaimana yang kita ketahui, dalam suatu ekosistem terdapat berbagai macam interaksi, diantaranya ada yang berhubungan dengan aliran energi dan siklus materi yang terikat pada jejaring makanan. Dalam suatu jaring makanan, keberadaan setiap spesies sama pentingnya untuk menjaga agar aliran energi dan siklus materi berjalan berkesinambungan. Hilangnya salah satu jenis akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam ekosistem dikarenakan hilangnya satu spesies artinya satu peran dalam sebuah ekosistem mengalami kepincangan atau bahkan kekosongan, yang akan berdampak pada populasi jenis yang bersinggungan secara langsung dengan spesies yang hilang tersebut. Prey akan mengalami overpopulasi dikarenakan hilangnya predator alaminya dan secara langsung akan berdampak prey dibawahnya tereksploitasi secara berlebih, mengakibatkan berkurangnya ‘stok’ makanan bagi jenis-jenis lainnya. Dengan sumber makanan yang berkurang, runtuhnya jaring makanan hanya tinggal masalah waktu.
Katak dan kodok berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem dengan berperan sebagai musuh alami berbagai jenis serangga hama dan sumher penyakit. Berkurang atau hilangnya hewan ini tidak hanya mengganggu kestabilan jaring makanan, namun juga dapat memunculkan potensi hama pertanian, perkehunan, dan wabah penyakit dari serangga yang menjadi makanan alaminya. Menjaga kelestarian anura dapat membawa maslahat untuk masyarakat, sekaligus bernilai ibadah dengan diniatkan mengikuti anjuran dan perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Berdasarkan alasan tersebut, UIN Malang telah bergerak sejak 2016 dalam melakukan upaya pelestarian diantaranya Katak dan Kodok dengan didirikannya Maliki Herpetology Society di Jurusan Biologi yang berfokus pada Research, Educate, Conserve reptil dan amfibi di Malang. Beberapa lokasi yang pernah dieksplorasi oleh tim MHS diantaranya adalah Ledok Amprong, Cohan Pelangi, Cohan Jahe, Lokasi Wisata Bedengan, Cohan Putri, Cohan Tarzan, Cohan Kodok, dan beberapa lokasi wisata air terjun lainnya.
Gambar 8. Foto spesimen Leptophryneborbonica jantan hidup di habitat alami (Poto: Luhur Septiadi)
Spesies: Leptophryne borbonica
Kodok jam pasir, Hourglass toad
Leptophryne merupakan genus dari Famili Bufonidae. Genus ini memiliki kelenjar paratoid yang mereduksi. karakter khas yang dapat diamati pada genus ini adalah memiliki pelebaran berbentuk oval pada tuberkel subartikular pertama pada setiap jari. Kaki memiliki selaput renang dengan ukuran tidak terlalu lebar. Pada jari ke lima dan tiga, selaput tidak sampai menutupi tuberkel subartikular terakhir. Ukuran dari spesies ini relatif kecil, 25-40 mm untuk betina, dan 20-30mm pada jantan. Ukuran moncong pendek dan merungcing. Moncong memiliki sedikit tonjolan di atas rahang bawah. Ciri khas yang membedakan jenis ini dari kerabatnya dalam satu genus adalah pola jam pasir yang dapat dengan jelas diamati pada bagian dorsal tubuh. Beberapa sampel ditemukanmmemiliki poka segitiga berwarna hitam di belakang mata. Warna dasar tubuhnya adalah cokelat keabu-abuan dengan warna tubuh ventral bagian cranial cokelat, dan bagian abdominal dan tungkai berwarna abu-abu kekuningan.
Berudu dari spesies Leptophryne borbonica berwarna hitam, dilengkapi dengan papila di bagian labium bawah dan bagian lateral labium atas. Menurut Iskandar (1998), berudu jenis ini memiliki rumus geligi 2-2/III.
Penyebaran spesies ini di Indonesia tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Jawa dengan tipe lokaliti dari Jawa Barat (Iskandar, 1998). Selain itu juga pernah tercatat di Gunung Tengger tanpa lokasi yang terperinci (Ardiansyah et al., 2014;Iskandar& Colijn, 2000). Mumpuni (2014) menemukan populasi baruL.borbonica di Jawa Tengah dan menjadi rekor distribusi baru di Jawa Tengah pada saat itu. Pada tahun 2019, populasi baru juga ditemukan berasal dari area Kabupaten Malang,dan tercatat sebagai new record sebaran spesies tersebut di Lereng Gunung Tengger, Malang, Jawa Timur (Erfanda et al., 2019).
Gambar 9. Poto spesimen tampak dorsal dan ventral (Poto: M. Prayogi Erfanda)
Gambar 10. Poto larva Leptophryne borbonica populasi Malang (Poto: M. Prayogi Erfanda)
Penelitian mengenai spesies ini masih berlanjut hingga saat ini, mengingat trend penemuan populasi baru muncul baru-baru ini khususnya di Pulau Jawa. Selain itu dengan bentuk lahan pegunungan di sekitar wilayah Batu dan Malang, dan jumlah hutan yang kian berkurang, potensi ini menghadapi ancaman yang cukup besar.
Selain Leptophryne borbonica, beberapa jenis dari Genus Leptophryne yang dijumpai di Pulau Jawa diantaranya adalah Leptophryne cruentata dan Leptophryne javanica yang sebelumnya dideskripsi sebagai spesies kriptik dari jenis lainnya.
Barbourula kalimantanensis tersebar di Kalimantan Barat tepatnya di hulu sungai kapuas. Katak ini memiliki karakter kepala pipih dan lebar dengan moncong membulat tumpul. Tubuh katak ini padat dan pipih (Iskandar, 1978; Iskandar, 1995). Karakter yang unik dari jenis ini adalah bahwa spesies ini tidak memiliki paru-paru (mungkin satu-satunya katak yang tidak memiliki paru-paru). Katak tanpa paru-paru ini memiliki nostril yang selalu basah dan terletak di ujung moncong, mata terletak di area samping depan kepala. Spesies ini memiliki gigi vomer di maksila dan premaksila. Tidak ditemukan adanya saluran yang mengarah ke organ pernafasan, sehingga hanya ditemukan saluran esofagus di bagian basal rongga mulut, selain itu individu jantan tidak memiliki kantong suara.
Barbourula kalimantanensis memiliki tungkai dengan selaput penuh pada jari, sehingga tungkai depan dan belakang hampir menyerupai dayung. Ukuran jari ke dua dan ke tiga sama, begitu juga dengan jari ke tiga dan ke empat. Ujung jari katak ini mengalami pelebaran, namun tidak ada alur melingkar. Terdapat lipatan kulit di sepanjang paha dan tibia. Berdasarkan ciri dari spesies ini, jelas sekali bahwa habitat dari spesies ini adalah di perairan. Tidak adanya paru-paru pada jenis ini menunjukan asosiasi B.kalimantanensis dengan habitat perairan sangat erat. Dengan tidak memiliki paru-paru, katak ini hanya menggunakan kulit sebagai organ respirasi.
Gambar 11. Barbourula kalimantanensis (©2008 David Bickford)
Famili: Bombinatoridae
Spesies: Barbourula kalimantanensis (lskandar, 1978)
Katak kepala-pipih kalimantan, Bornean flat-headed frog
Bernafas hanya mengandalkan kulit memiliki resiko dengan semakin tingginya perubahan lahan dan kerusakan habitat, ditambah isu global warming yang menyebabkan suhu permukaan bumi naik secara global dan dapat menyebabkan kekeringan perkepanjangan. Untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai organ respirasi, kulit harus selalu terjaga kelembabannya untuk memudahkan proses respirasi via cutanea, oleh karena itu jenis ini selalu berasosiasi erat dengan habitat perairan. Kondisi perairan yang kurang baik dan tidak sesuai dapat juga mengakibatkan gangguan pernafasan dan menyebabkan menurunnya populasi katak ini. Rusaknya habitat sungai kapuas dapat menyebabkan dampak yang sangat fatal bagi B. kalimantanensis, karena dengan tercemarnya sumber air kehidupannya, katak ini tidak memiliki pilihan untuk dapat bertahan hidup di darat dalam jangka waktu lama.
Reptilia berasal dari suku kata reptum yang artinya melata atau merayap. Selain bergerak dengan cara merayap, reptil memiliki beberapa karakter umum diantaranya tubuh dilindungi oleh sisik, dimana sisik berfungsi selain untuk melindungi tubuh dari gesekan benda asing, juga melindungi dari parasit dan predator, sisik juga berfungsi sebagai media untuk memberi gaya gesek pada ular saat bergerak diatas substrat, maupun untuk mencengkeram mangsanya. Beberapa kelompok reptil khususnya kadal dan ular mengalami proses shedding atau pergantian sisik (ngelungsungi). Sebagai hewan darat pertama yang ‘sukses’ hidup di daratan melebihi pendahulunya amfibi, reptil ‘dimodali’ oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala beberapa kelebihan diantaranya paru-paru yang lebih berkembang dari amfibi, sehingga reptil lebih independen terhadap keberadaan air karena tidak membutuhkan suplai oksigen tambahan dari kulit yang selalu basah. Reptil memiliki sisik yang bersifat waterproof sehingga lebih mampu menjaga air dalam tubuhnya saat kondisi cuaca panas, memiliki tungkai lebih kuat untuk mobilitas di daratan, dan telur yang dilindungi oleh cangkang sehingga tidak membutuhkan air untuk media incubasi telur sehingga reproduksi reptil dilakukan secara internal. Sebagian reptil memiliki jantung dengan 3 lobi, sebagian lain ada yang sudah berkembang menjadi 4 lobi meskipun memiliki sekat jantung yang belum sempurna seperti pada buaya. Beberapa ordo dari Kelas Reptilia diantaranya adalah Chelonia/Testudinata, Crocodilia, Rhyncocephalia, dan Squamata (Subordo Amphisbaena, Sauria/Lacertilia, Ophidia/Serpentes).
Rhyncocephalia (Rhynco= tonjolan/ornamen, cephalia= kepala) atau biasa dikenal dengan nama tuatara merupakan ordo dari Kelas Reptilia yang tersebar endemik di Selandia Baru. Secara klasifikasi hewan ini hanya memiliki 2 anggota spesies, yaitu Sphenodon ghunteri dan Sphenodon punctatus. Berdasarkan catatan fosil, hewan ini pertama muncul pada era Triasic akhir sekitar 210-220 juta tahun yang lalu. Morfologi dari kelompok hewan ini sekilas mirip kadal. Tuatara sering dijumpai pada habitat terestrial dekat dengan perairan. Ciri lain dari hewan ini adalah memiliki tipe tengkorak diapsida, aktifitas hidupnya lebih banyak dilakukan pada malam hari (nokturnal) dan bersifat karnifora-insektifora. Tuatara termasuk hewan terancam dikarenakan rentan terhadap perubahan lahan, area distribusinya yang terbatas dan memiliki masa inkubasi yang lama (sekitar satu tahun) sehingga penambahan populasi spesies tersebut relatif lambat.
Gambar 12. Spesies Sphenodon punctatus (@Kristine Grayson-Dattelbaum)
Ordo Testudinata masuk dalam Subkelas Anapsida dengan ciri khas memiliki modifikasi tulang yang berfungsi sebagai pelindung berupa tempurung. Tempurung testudinata disebut sebagai karapas di bagian dorsal, sedangkan bagian ventral dikenal dengan nama plastron. Baik karapas maupun plastron bersifat permanen menempel pada tubuh. Sehingga tidak memungkinkan bagi spesies ini untuk hidup tanpa karapas dan plastron. Habitat dari testudinata bervariasi, dari daratan, perairan air tawar, dan perairan air laut. Beberapa hewan yang masuk ke dalam ordo ini diantaranya adalah kura-kura, bulus/labi-labi, dan penyu. Beberapa modifikasi morfologi dapat dijumpai pada anggota ordo tersebut berdasarkan tipe habitat mereka hidup. Sebagai hewan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di air, penyu dan labi-labi memiliki struktur tempurung yang relatid pipih untuk memudahkan pergerakan di dalam air, selain itu mereka memiliki tungkai berselaput penuh pada jarinya, bahkan pada penyu bentuk tungkai mengalami perubahan menjadi seperti dayung. Pada kura-kura air tawar semi akuatik, bentuk tempurung relatif lebih cembung dan kaki lebih kokoh untuk menyokong pergerakan di darat, namun juga berselaput untuk mendukung mobilitas di perairan. Sedangkan pada kura-kura darat bentuk karapas cembung dengan bentuk kaki panjang dan kokoh sepertitongkat. Beberapa famili anggota ordo ini diantaranya adalah: Famili Chelidae, Pelomedusidae, Carettochelyidae, Chelydridae, Cheloniidae, Dermochelyidae, Trionycidae, Testudinidae, dan Emydidae.
Gambar 13. Atas: Amyda cartilaginea (foto: reptile-database @Gernot Vogel); Tengah: Dermochelys coriaceae (foto: nestonline.org); Bawah: Malaemys subtrijuga (foto: reptiledatabase @Ed Galoyan)
Crocodilia merupakan reptil bertubuh besar dengan sisik keras dari zat tanduk (scutum). Sisik dorsal pada buaya membentuk perisai dermal. Buaya memiliki bentuk sisik yang berbeda di beberapa lokasi tubuhnya. Pada bagian dorsal sisik keras dan berlunas, pada bagian lateral sisik buaya berbentuk membulat, sedangkan pada bagian ventral tubuh sisiknya berbentuk persegi. Buaya memiliki adaptasi yang mendukungnya sebagai ambush predator di air, dengan adaptasi tersebut, buaya mampu melakukan pengamatan terhadap mangsanya untuk mengawasi gerak gerik mangsa dan menyergap pada waktu yang tepat, sehingga banyak kasus penyerangan dilakukan oleh buaya setelah beberapa kali mangsanya memasuki area teritori. Beberapa adaptasi yang dimiliki buaya adalah memiliki membran nictitans yang melindungi mata pada saat menyelam sehingga dapat mengamati mangsa lebih jelas dari dalam perairan, memiliki nostril yang terletak di ujung moncong bagian dorsal untuk memudahkan buaya mengambil oksigen dengan hanya mengeluarkan nostril tersebut ke permukaan tanpa menimbulkan kecurigaan berlebihan mangsanya, memiliki katup di bagian palatum rongga mulutnya untuk mencegah air masuk melewati rongga mulut, memiliki foramen panazzi pada jantung yang membantu menstabilkan tekanan jantung saat menyelam lama agar tidak menimbulkan kerusakan pada organ sirkulasi. Secara taksonomi, buaya dibagi menjadi 3 famili, yaitu Famili Crocodilidae, Aligatoridae, dan Gavialidae yang dibedakan berdasarkan karakter umum bentuk moncong dan tipe perkatupan gigi saat moncongnya menutup, termasuk karakter sisik.
Gambar 14. Atas kiri: Crocodylus porosus (Reptile-database @A Suson); Atas kanan: Alligator sinensis (Reptile-database @Paul Freed); Gavialis gangeticus (Reptil-database)
Ordo Squamata memiliki sisik dari zat tanduk. Squamata berasal dari kata squama yang artinya sisik. Hewan kelompok ini juga memiliki kemampuan untuk meregenerasi sisiknya dengan melakukan shedding (ganti kulit/”ngelungsungi”). Squamata terdiri dari 3 subordo yaitu Lacertilia, Ophidia,dan Amphisbaenia. Pada anggota ophidia, shedding sisik di seluruh anggota tubuh dapat terjadi secara serentak pada satu waktu yang bersamaan dengan memanfaatkan substrat kasar untuk mempermudah dalam proses pengelupasan. Sedangkan pada lacertilia, dikarenakan anggota badan yang lebih kompleks, pergantian sisik dapat terjadi secara bertahap. Pergantian sisik ini dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya mengganti ‘pakaian’ pada hewan squamata akibat bertambahnya volum tubuh (pertumbuhan), sehingga proses shedding akan terjadi lebih sering saat fase pertumbuhan di masa juvenil. Shedding juga berguna untuk membuang ektoparasit dari tubuh bersamaan dengan terlepasnya sisik lama. Pada beberapa kasus, hewan yang mengalami luka gores dapat mempercepat proses regenerasi kulit baru dengan melalui proses shedding.
Sisik pada hewan squamata berfungsi sebagai pelindung dan alat bantu pergerakan, khususnya pada kelompok ophidia/serpentes. Ophidia yang beranggotakan hewan tak bertungkai (ular) membutuhkan sisik ventral untuk melakukan pergerakan meliuk dengan memanfaatkan gaya gesek yang ditimbulkan dari kontak antara substrat dengan sisik ventral. selain itu pada beberapa jenis ular pembelit, sisik juga berfungsi sebagai penambah gaya gesek saat ular membelit dalam proses pelumpuhan mangsa. dengan adanya sisik, mangsa tidak mudah terlepas dan proses pelumpuhan dapat lebih efisien. pada ular air, sisik dorsal biasanya memiliki lunas yang juga dapat memberi gesekan tambahan pada saat ular membelit mangsa di air, mengingat proses pembelitan di air dapat terganggu akibat menurunnya gesekan akibat adanya air. Sisik jugaberfungsi sebagai karakter identifikasi untuk membedakan antar kelompok taksa.
Lacertilia beranggotakan cicak, tokek, bunglon, klarap, biawak, dan kadal lainnya. Lacer umumnya memiliki 2 pasang tungkai, berjari 5 dan bercakar. Meskipun demikian,ada beberapa jenis kadal yang tidak memiliki tungkai, misalnya pada Famili Pygopodidae. Beberapa kelompok kadal memiliki modifikasi sisik menjadi berupa tonjolan (Gekkonidae), ornamentasi tambahan (Agamidae, Iguanidae), dan kemampuan mengganti warna (Chameleonidae). Kadal memiliki beberapa perbedaan mendasar dari ular, diantaranya memiliki sutura pada rahang, memiliki kelopak mata, dan memiliki lubang telinga luar, sehingga meskipun ada jenis kadal yang tidak bertungkai, dari tiga karakter tadi akan dapat dibedakan dari ular. Berbeda dari ular, kadal memiliki kebiasaan ganti kulit secara berkala, hal ini disebabkan oleh adanya tungkai yang dapat menghambat proses shedding sehingga tidak dapat dilakukan secara serentak.
Ophidia atau disebut juga dengan nama serpentes adalah salah satu subordo anggota Kelas Reptilia. Ophidia beranggotakan seluruh ular yang ada di Bumi, mulai dari yang berukuran hanya sebesar isi ballpoint,hingga memiliki panjang lebih dari 10 meter. Beberapa karakter khas yang dimiliki oleh ular yakni, tidak bertungkai, mata tidak berkelopak dan terlindungi oleh sisik transparan yang akan ikut mengelupas saat proses shedding, pertemuan mandibula dihubungkan oleh ligamen elastis sehingga ular dapat membuka mulutnya sangat lebar dan dapat memangsa hewan yang berukuran hingga 10x besar kepalanya, paru-paru kiri ular umumnya mereduksi, sedangkan paru-paru kanan berkembang memanjang, ular tidak memiliki lubang telinga luar sehingga tidak memiliki indera pendengaran, namu demikian ular dilengkapi dengan tulang sensitif di bagian dagu untuk mendeteksi getaran yang ada pada substrat, indera sensor utama pada ular berupa organ jacobson yang dapat menghantarkan partikel yang diambil dari udara oleh lidah dan diterjemahkan oleh otak via bulbus olfactorius, beberapa jenis ular memiliki sensor pendeteksi panas sehingga menyebabkan beberapa kelompok ular (python dan pit viper) mampu mendeteksi mangsa berdarah panas dalam lingkungan yang gelap sekalipun.
Gambar 15. Atas: Famili Agamidae (kiri) dan Gekkonidae (kanan); Bawah: Famili Crotalidae (kiri) dan Elapidae (kanan) (Foto Tim Maliki Herpetology Society)
Deskripsi taksa pada ular melibatkan beberapa karakter morfologi utama, diantaranya adalah snouth vent length (SVL), tail length (tl), dan total length (TL), selain dari rasio ukuran tubuh, sisik merupakan karakter terpenting dalam identifikasi taksa pada ular. Beberapa sisik yang sering digunakan sebagai acuan identifikasi diantaranya adalah karakter sisik di bagian kepala, jumlah sisik dorsal, jumlah sisik ventral, karakter sisik anal, jumlah dan karakter sisik subkaudal.
Beberapa karakter pada ular jika dilihat dari perspektif manusia bisa dikatakan tidak sempurna, diantaranya memiliki rahang bawah yang tidak menyatu dengan baik, tidak memiliki sternum, tulang rusuk melayang, salah satu paru-paru mereduksi, tidak bertungkai, dan lain sebagainya. Namun demikian jika dilihat dari sudut pandang ular, kekurangan-kekurangan diatas sangat membantu dalam berbagai proses hidupnya. Misalnya dengan tidak memiliki sternum, ular dapat bergerak efisien dengan cara meliuk. Keberadaan sternum untuk proses mobolitas dapat mengganggu pergerakan karena tulang rusuk tidak dapat bergerak bebas untuk membantu proses meliuk dengan leluasa. Selain itu dengan tidak adanya sternum, ular dapat memasukan mangsa yang ukurannya besar ke dalam organ pencernaan, karena rusuk yang tidak terikat pada sternum akan dapat meregang lebih lebar untuk memberi jalan masuk mangsa yang masuk esofagus. Dengan ukuran mangsa yang besar, proses penelanan akan membutuhkan waktu relatif lama, dengan glottis yang dapat dijulurkan keluar, menjadikan ular tetap dapat bernafas meskipun proses penelanan sedang berlangsung. Penciptaan karakter tubuh ular yang unik ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, karena struktur dan fungsi ini saling berkaitan satu sama lain. Allah sampaikan dalam firmanNya pada surah Al-Qomar:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (AlQomar:49)
Berikut beberapa tafsir ayat tersebut dari berbagai sumber:
Dalam Hidayatul insan bi Tafsiril Qur’an (Tafsirweb.com, 2020), dijelaskan bahwa “Apa yang terjadi pada semua makhluk sudah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, yaitu suatu sistem dan ketentuan yang telah ditetapkan. Dan ketahuilah bahwa semua perintah kami yang menyangkut apa pun hanyalah diungkapkan dengan satu perkataan yang mudah dan cepat, seperti kejapan mata.”
Sedangkan menurut Tafsir As-Sa’di (Tafsirweb.com, 2020), “Hal ini mencakup semua makhluk, dan alam bagian atas maupun bagian bawah. Dia menciptakannya dengan qadha’ (qadar) yang telah diketahui-Nya, tertulis oleh pena-Nya, demikian pula sifat-sifat yang ada padanya, dan bahwa yang demikian itu mudah bagi Allah. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman di ayat selanjutnya, “Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.”
Dalam Tafsir Al-Muyassar (Tafsirweb.com, 2020), dijelaskan bahwa “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu yang ada di alam ini dengan takdir yang telah lalu dari Kami, sesuai dengan pengetahuan Kami dan Kami tuliskan dalam Lauḥul Maḥfuẓ.”
Dari penjelasan tafsir-tafsi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah menciptakan seluruh alam, termasuk mahluk hidup secara seimbang, sesuai kadar, fungsi, peran dan kebutuhannya berdasarkan atas PengetahuanNya yang tak terbatas. Dengan demikian adalah hal yang mustahil jika Allah menciptakan suatu mahluk dengan bentuk yang tidak dapat membuatnya hidup di dunia dikarenakan “kekurangsempurnaan” morfologi. Allah yang paling mengetahui bagaimana mahluk itu hidup, dan bagaimana memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Mahluk hidup telah diciptakan secara sempurna untuk melakukan peran spesifiknya masing-masing di alam semesta.
Judi bola piala dunia dalam pandangan Islam termasuk perkara haram. Dosanya dikategorikan sebagai salah satu dosa besar. Foto/dok editorialge
dalam pandangan Islam penting diketahui umat muslim. Setiap
baik taruhan bola atupun judi online merupakan perkara haram. Bahkan dosanya dikategorikan dosa besar.
Karena itu umat Islam wajib menjauhi taruhan bola yang kini marak muncul di tengah masyarakat maupun via online. Dosa judi ini sangat mengerikan, pelakunya akan mendapat azab baik di dunia maupun di akhirat kecuali ia bertaubat dari perbuatan tersebut.
Dalam Al-Qur'an, judi (Al-Maisir) selalu digandengkan dengan minum khamr. Keduanya dihukumi dosa besar.
"Judi, taruhan, apa pun bentuk dan namanya, baik online atau offline, baik cara tradisional atau modern, adalah perbuatan haram, kotor, perbuatan setan, dan dosa besar," kata Ustaz Farid Nu'man Hasan, Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia, dalam satu kajiannya.
Seorang ulama bermazhab Syafi'i, yaitu Imam Adz-Dzahabi memasukkan taruhan (Al-Qimar) sebagai salah satu dosa besar dalam kitab Beliau berjudul "Al Kabair" (kumpulan dosa-dosa besar).
." (QS. Al-Ma'idah Ayat 90)
Di akhir ayat ini Allah mengingatkan dengan kalimat: "Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung." Ini semakna apabila manusia ignin selamat dan beruntung di dunia dan ahirat, maka jauhilah minuman keras dan perjudian atau mengundi nasib.
Berikut lima dampak mengerikan disebabkan
4. Kerusakan rumah tangga
5. Ketakutan hati (selalu gelisah dan tidak nyaman).
Pada ayat lain, Allah mengingatkan manusia tentang
" (QS. Al-Baqarah Ayat 219)
, Allah melarang judi karena bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Judi ialah semua permainan yang menggunakan pertaruhan yang kalah harus membayar kepada yang menang. Taruhan itu berupa apa saja: uang, barang-barang, dan lain-lain.
Bahaya main judi tidak kurang dari bahaya minum khamar. Main judi cepat sekali menimbulkan permusuhan dan kemarahan, dan tidak jarang menimbulkan pembunuhan. Bahaya itu sudah terbukti sejak dahulu sampai sekarang.
Apabila di suatu tempat telah berjangkit
maka di tempat itu selalu terjadi perselisihan, pemusuhan dan pembunuhan. Pekerjaan nekad, kerap kali terjadi pada pemain-pemain judi, seperti bunuh diri, merampok, dan lain-lain, lebih-lebih bila ia mengalami kekalahan.
Judi adalah perbuatan berbahaya, akibat berjudi seseorang yang baik dapat menjadi jahat, malas mengerjakan ibadah, dan jenuh hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi pemalas, pemarah, matanya merah, dan badannya lemas. Dengan sendirinya akhlaknya menjadi rusak, tidak mau bekerja untuk mencari rezeki dengan jalan yang baik, dan selalu mengharap kalau-kalau mendapat kemenangan.
tidak ada orang yang kaya karena berjudi. Malahan sebaliknya, banyak orang kaya tiba-tiba jatuh miskin dan melarat. Banyak pula rumah tangga yang bahagia, tiba-tiba hancur berantakan karena judi.
." (QS. Al Maidah ayat 91)
Iblis (bahasa Arab: إبليس, iblīs) adalah pemimpin syetan dalam ajaran Islam, yaitu makluk yang penuh ego dan nafsu yang berlebihan. Menurut Al- Qur'an , Iblis diusir dari surga , setelah dia menolak bersujud di hadapan Adam .
Iblis diberikan penangguhan umur hingga kiamat sampai pada tiupan sangkakala pertama. Sebagaimana terdapat dalam [1]
Kisah ini terjadi pada masa zaman Nabi Yahya as. Pada suatu ketika, Nabi Yahya as meminta Iblis agar menunjukkan wujud aslinya.
Iblis pun menurutinya dengan syarat tak akan ada seorang pun yang melihatnya kecuali Nabi Yahya as. Akhirnya iblis pun datang menemui Nabi Yahya as keesokan harinya sesuai dengan kesepakatan.
Iblis menampakkan wujud aslinya dengan wajah yang sangat buruk.
Dalam satu kitab Ghawr Al Umur buah karya Al-Hakin At-Tirmidzi dikisahkan bahwa pada suatu saat iblis laknatullah mendatangi para nabi. Iblis mendatangi semua nabi mulai dari Nabi Nuh as hingga Nabi Isa as.
Hanya saja, dari nabi-nabi yang ditemui oleh iblis, tidak ada nabi yang paling banyak dan paling enak diajak bicara kecuali Nabi Yahya as.
Begitu iblis menemui Nabi Yahya as, Nabi Yahya as langsung saja membentak iblis dan memintanya untuk menunjukkan wujud aslinya.
“Hai Abu Murah (julukan iblis karena iblis terputus dari segala kebaikan), aku ingin minta satu hal padamu dan aku harap kamu tidak menolaknya,” kata Nabi Yahya as.
“Ya, aku akan bersedia melakukan untukmu wahai Nabiyullah, apa yang harus aku lakukan,” jawab iblis. Permintaan Nabi Yahya as
“Aku ingin kamu memperlihatkan bentuk dan rupa aslimu serta menunjukkan bentuk dan berbagai perangkap yang kamu pergunakan untuk membinasakan dan mencelakakan manusia,” pinta Nabi Yahya as.
Mendengar permintaan tersebut, iblis berkata, “Wahai Nabiyullah, permintaanmu sungguh sesuatu yang berat. Permintaanmu membuatku berada dalam kesulitan yang besar. Namun, aku tidak bisa menolak permintaanmu. Hanya saja, jangan sampai ada orang lain bersamamu yang melihat.”
Dan akhirnya terjadilah kesepakatan di antara keduanya untuk melakukan pertemuan pada keesokan harinya. Setelah tiba pada waktu yang telah dijanjikan, iblis pun muncul di hadapan Nabi Yahya As.
Seketika itu juga, iblis langsung berubah bentuk menjadi makhluk yang mirip dengan hewan yang jelek dan menakutkan.
Bentuk fisiknya seperti babi, wajahnya seperti kera dan matanya memanjang sama seperti mulutnya. Iblis tidak memiliki janggut, rambut di kepalanya jarang dan mengarah ke atas.
Iblis memiliki empat buah tangan, dua tangan di bahunya dan dua lagi di keningnya. Jari-jarinya ada enam, hidungnya menghadap ke atas. Iblis juga memiliki belalai, pincang dan mempunyai sayap.
Di atasnya ada berhala Majusi. Lalu di sekitar bajunya ada enam jenis minuman yang warnanya beraneka ragam.
Di tangannya ada lonceng besar. Di atas kepalanya terdapat telur yang ditengahnya ada besi panjang. Iblis Enggan Bersujud
Beberapa saat lamanya Nabi Yahya as terkejut melihat wujud asli iblis.
Kemudian Nabi Yahya as berkata, “Hai Abu Murah, jawablah beberapa hal yang ingin aku tanyakan kepadamu, kenapa bentukmu sangat buruk dan jelek?”
“Wahai Nabiyullah, ini semua karena nenek moyangmu Nabi Adam as,” jawab iblis.
“Tadinya aku ini berasal dari golongan malaikat yang mulia. Aku tidak pernah mengangkat kepalaku dan sujud yang selalu aku lakukan selama 400.000 tahun lamanya. Namun aku melanggar perintah Tuhan dengan tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Allah SWT pun murka kepadaku dan melaknatiku.
“Sejak saat itu, akupun berubah dari bentuk malaikat ke bentuk setan seperti ini. Padahal, tadinya di antara malaikat-malaikat, tidak ada yang rupanya lebih bagus dariku. Tapi sekarang lihatlah aku, sekarang aku berubah menjadi buruk rupa dan jelek seperti yang Anda lihat,” jelas iblis yang mengungkapkan jati dirinya kepada Nabi Yahya as.
Itulah iblis, ciri-ciri fisiknya dan alasan kenapa rupanya sekarang menjadi sangat jelek.
Iblis dari golongan Jin, ia anak keturunan dari Al Jin yaitu Abu Ja'an Bapak seluruh Jin / Banu Jaan, tubuhnya dari Inti api ruhnya dari cahaya, ia dapat terbang kelangit dunia yang dikehendaki, sampai ia diperintahkan turun kebumi, berkembang-biak dan meninggal. Sampai 4 generasi lahirnya iblis terciptalah 8 kerajaan di bumi yang saling berperang dan 1 kerajaan di surga pada zamannya.
Ibnu Abbas Ra. meriwayatkan, jin pertama yang diciptakan oleh Allah SWT bernama Samum. Ia adalah ayah jin, tercipta dari nyala api neraka.
Selepas menciptakan Samum, Allah memberikan pengajuan harapan. Samum pun berharap agar bisa melihat namun tak bisa terlihat. Ia juga meminta bisa menghilang di dalam air juga tetap menjadi muda.
Allah SWT mengabulkan harapan Samum. Jin Samum dan keturunannya akhirnya menjadi mahluk yang tak kasatmata. Mereka yang meninggal karena tua pun hidup kembali menjadi muda.
Salah satu kutipan Al Quran yang cukup detail mengenai asal mula kisah Adam dan Iblis terdapat dalam sebagai berikut: [2] [3]
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.
Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (Shaad 38:71-85)
Sejak penciptaan manusia Adam, Iblis diperintahkan Allah untuk bersujud kepadanya, namun Iblis tidak mau sujud kepadanya. Oleh karena itu, Iblis dikeluarkan oleh Tuhan dari Surga dan menjadi mahluk yang terkutuk.
Al Jin adalah Moyangnya Iblis, ketika Iblis diperintahkan Oleh Allah bertemu dengan Nabi SAW, Jibril mendatanginya mengancam dan menyuruh dengan perkataan yang sebenar-benarnya dan ia berujud lelaki lalu menemuinya didepan para sahabat yang di ridhoi oleh Allah SWT sesuai hadist, sepenggal perkataan iblis ialah mempunyai 70.000 anak, masing - masing keturunan mempunyai 70.000 keturunan pula sebagian nama namanya yaitu: Al syabru bin Iblis, tugasnya menghapus kesabaran dll. Al anwar bin Iblis, tugasnya mesum dan perzinahan. Al saud bin Iblis, tugasnya bagian hoax, isu pemberitaan dan kebohongan. Al dasim bin Iblis tugasnya merusak hubungan perkawinan. Az zalanbur bin Iblis tugasnya jadi preman pasar. Al walhan bin Iblis tugasnya menggangu urusan bersuci dan was was. Al kanzab bin Iblis tugasnya mengganggu shalat khusu wal khudu.
Iblis diberikan penangguhan umur hingga kiamat pada tiupan sangkakala pertama, terdapat pada Al-Qur'an surah Al-Hijr:
Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (Al Hijr 15:36-38)
Dalam hadits Shahih Muslim, dikatakan bahwa Iblis sekarang berada di tengah lautan (air)[4][5] yang dikelilingi oleh beberapa ular.[6] Dari sanalah ia mengendalikan seluruh aktivitas penyesatan terhadap umat manusia. Markas besar iblis berada di tengah-tengah samudra, mereka memilih lautan karena luasnya yang mencapai tiga perempat dari luas bumi. Iblis membangun kerajaannya di laut dengan tujuan untuk menandingi Arasy (singgasana) Allah yang berada di atas air di langit ke tujuh.
Sedangkan dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dikisahkan Iblis dan keturunannya akan tinggal dan berkumpul di kakus, pasar, tempat berpesta, tempat hiburan dan tempat maksiat.[7]
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa ketika para penghuni neraka sudah sampai di neraka, di situ disediakan sebuah mimbar, pakaian, mahkota dan tali untuk mengikat Iblis, yang kesemuanya itu terbuat dari api.
Kemudian ada suara yang memerintahkan Iblis untuk naik ke mimbar: “Wahai Iblis, naiklah kamu ke atas mimbar dan berbicaralah kamu kepada penghuni neraka.”
Maka dia pun naik ke mimbar dan berkata: “Wahai para penghuni neraka.”
Semua orang yang berada dalam neraka mendengar ucapannya dan memandang ke arah pemimpin mereka itu.
“Wahai orang-orang yang kafir dan orang-orang munafiq, sesungguhnya Allah SWT telah menjanjikan kepadamu dengan janji yang benar bahwa kamu semua mati lalu akan dihimpun dan dihisab menjadi dua kumpulan. Satu kumpulan ke surga dan satu kumpulan ke neraka Sa’ir.”
Iblis berkata lagi: “Kalian semua menyangka bahwa kalian semua tidak akan meninggalkan dunia bahkan kamu semua menyangka akan tetap berada di dunia. Tidaklah ada bagiku kekuasaan di atasmu melainkan aku hanya mengganggu kalian semua.”
“Akhirnya kalian semua mengikuti aku, maka dosa itu untuk kamu. Oleh itu janganlah kamu mengumpat aku, mencaci aku, sebaliknya umpatlah dari kamu sendiri, karena sesungguhnya kamu sendirilah yang lebih berhak mengumpat daripada aku yang mengumpat...”
“Mengapakah kamu tidak mau menyembah Allah SWT? Sedangkan Dia yang menciptakan segala sesuatunya...”
“Hari ini aku tidak dapat menyelamatkan kamu semua dari siksa Allah, dan kamu juga tidak akan dapat menyelamatkan aku. Sesungguhnya pada hari aku telah terlepas dari apa yang telah aku katakan kepada kamu, sesungguhnya aku diusir dan ditolak dari keharibaan Tuhan.”
Setelah ahli neraka mendengar kata-kata Iblis itu, lalu mereka melaknati Iblis. Setelah itu Iblis dipukul oleh Malaikat Zabaniah dengan tombak yang terbuat dari api dan jatuhlah dia ke dasar Neraka yang paling bawah, dia kekal selama-lamanya bersama-sama dengan orang-orang yang menjadi pengikutnya.
Malaikat Zabaniah lalu berkata kepada Iblis dan pengikutnya: “Tidak ada kematian bagi kamu semua dan tidak ada pula bagimu kesenangan, kamu kekal di Neraka untuk selama-lamanya.”
Iblis awalnya tinggal di surga. Ia dikenal sebagai ahli ibadah yang luar biasa hingga diberi nama Azazil Al-Harits.
Karena Arogan terhadap Nabi Adam AS, ia diusir dari surga dan menjadi makhluk terlaknat.
Ia pun memohon kepada Allah agar umurnya ditangguhkan sampai Kiamat.[8]
Permohonan Iblis itu dikabulkan Allah dan ia hidup sampai tiupan sangkakala membangkitkan manusia dari kubur. Saat Isrofil meniup sangkakala pertama.
Berikut detik-detik kematian Iblis laknatullah 'alaih terjadi saat Hari Kiamat tiba. Dunia saat itu tidak terisi lagi oleh manusia, jin, maupun setan.
Yang tersisa okeh Allah hanya hanya para Malaikat.
Kemudian Allah berkata: "Hai Izroil (Malaikat Maut). Sesungguhnya Aku telah menciptakan para Malaikat pembantu untukmu yang banyaknya sama dengan banyaknya makhluk-makhluk awal dan akhir. Aku juga telah memberimu kekuatan seluruh penduduk langit dan bumi. Kini, Aku titahkan kemurkaan-Ku untukmu. Turunlah dengan atas nama kemurkaan-Ku dan siksaan-Ku dan temuilah Iblis."
"Beri ia rasa kematian dan timpakan atasnya kepahitan kematian makhluk-makhluk awal dan akhir dari golongan manusia jin dengan kepahitan yang berlipat ganda. Turunlah bersama 70.000 Malaikat Zabaniah yang masing-masing dari mereka membawa rantai dari Neraka Ladzo." Demikian perintah Allah.
Setelah itu, Malaikat Maut memanggil Malaikat Malik dan memerintahnya membukakan pintu-pintu neraka.
Setelah mendapatkan titah dari Allah, Malaikat Maut turun dengan wujud mengerikan. Andaikan seluruh penduduk langit dan bumi melihatnya niscaya mereka langsung mati.
Ia akhirnya sampai di hadapan Iblis. Malaikat Maut menangkap dan menawannya. Tiba-tiba Iblis berteriak keras dengan teriakan yang andaikan seluruh penduduk langit dan bumi mendengarnya niscaya mereka langsung mati.
Malaikat Maut berkata kepada Iblis : "Hai makhluk yang menjijikkan. Berapa lama usia kamu hidup? Berapa lama waktu yang kamu gunakan untuk menyesatkan makhluk?"
Mendengar itu, Iblis melepaskan diri dan lari ke segala penjuru, tetapi tiba-tiba Malaikat Maut selalu berada di sampingnya. Tak henti-hentinya Iblis melarikan diri sampai dekat kuburan Nabi Adam AS dan berkata: "Hai Adam. Gara-gara kamu-lah aku menjadi makhluk yang terkutuk, terlaknat, dan tertolak."
Iblis Mengalami Siksaan Menyakitkan
Iblis berkata kepada Malaikat Maut: "Hai Malaikat Maut. Gelas apa yang akan kamu gunakan untuk meminumiku? Siksaan apa yang akan kamu timpakan atasku saat mencabut ruhku?"
Malaikat Maut menjawab: "Dengan gelas dari Neraka Ladzo dan Sa'ir." Bertubi-tubi siksaan ditimpakan atas Iblis. Ia berulang jatuh bangun di tanah sampai akhirnya ia sampai di tempat di mana ia diturunkan dan dilaknat.
Di situlah tempat eksekusi Iblis. Malaikat Zabaniah yang ikut turun bersama Malaikat Maut melempari dan menembaki Iblis dengan panah. Kemudian mereka memegang dan menawannya.
Dengan kondisi tak berdaya di bawah pegangan serta tawanan Zabaniah, Iblis ditembaki panah kembali hingga akhirnya sekarat mati. Masya Allah, hanya kepada Allah kita semua kembali.
Setelah iblis mati, Allah memerintahkan Malaikat Maut mencabut seluruh nyawa Malaikat itu.
Setelah itu, Allah berkata kepadanya: "Hai Malaikat Maut. Apakah kamu belum mendengar Firman-Ku, 'Segala makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.' Kamu adalah salah satu makhluk dari sekian makhluk-makhluk-Ku. Kini, giliranmu kamu."
Akhirnya malaikat maut mencabut nyawanya sendiri.
Hanya Allah-lah yang kekal abadi.
Lalu Allah membangkitkan
Dalam agama Islam, Ya'qub atau Yakub (bahasa Arab: يعقوب, translit. Yaʿqūb) adalah seorang nabi dan merupakan putra dari Ishaq dan cucu dari Ibrahim. Yakub adalah salah satu tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Ya'qub juga disebut dengan Israel/Israil (bahasa Arab: اسرائيل, translit. Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) dan keturunannya disebut dengan Bani Israil.
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.
Dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam), nama Ya'qub disebutkan enam belas kali.[a][1] Dia juga disebut dengan Israil sebanyak dua kali. Kisahnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an hanya tentang kaitan dirinya dengan Yusuf dan wasiatnya sebelum wafat kepada anak-anaknya, sedangkan bagian kisahnya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Ya'qub disebutkan dalam Kitab Kejadian pasal 25-37 dan 42-50.
Ya'qub adalah putra Ishaq. Ishaq sendiri adalah putra Ibrahim (disebut Abraham dalam Yahudi dan Kristen), salah satu tokoh terpenting dalam agama islam. Ibu Ya'qub adalah Ribka.
Alkitab menyebutkan bahwa Ishaq tidak juga menikah meski Sarah sudah wafat dan Ibrahim telah berusia lanjut. Hal ini karena masyarakat Palestina saat itu kebanyakan tidak beriman kepada Allah, juga asing dengan keluarga Ibrahim. Ibrahim kemudian memerintahkan kepala pelayannya untuk pergi ke tanah kelahiran Ibrahim di Iraq agar mencarikan gadis dari keluarga besar Ibrahim di sana untuk diperistri Ishaq. Pelayan Ibrahim tersebut kemudian pergi ke kediaman keluarga Ibrahim dan meminangkan Ribka (Rifqah, Rafiqah) untuk Ishaq. Ribka adalah putri Betuel bin Nahor. Nahor sendiri adalah saudara Ibrahim. Ribka dan keluarga besarnya menerima pinangan tersebut dan akhirnya dia ikut ke Palestina bersama pelayan Ibrahim dan menikah dengan Ishaq.[2] Saat itu Ishaq berusia empat puluh tahun.[3]
Disebutkan bahwa ternyata Ribka adalah seorang wanita mandul. Maka Ishaq berdoa pada Allah agar dikaruniai anak sehingga Ribka dapat mengandung. Ribka kemudian melahirkan dua putra kembar. Putra pertama dinamai Esau (Aishu), tubuhnya berwarna merah dan seperti jubah berbulu. Putra kedua dinamai Ya'qub dan saat lahir memegang tumit kakaknya. Mereka lahir saat Ishaq berusia enam puluh tahun. Saat besar, Esau menjadi pemburu handal dan suka tinggal di padang, sedangkan Ya'qub lebih suka tinggal di kemah. Ishaq lebih menyayangi Esau, sementara Ribka lebih menyayangi Ya'qub. Ibnu Katsir juga menuliskan kisah ini dalam karyanya, menyadur dari Alkitab.[4]
Ibrahim meninggal pada usia 175 tahun. Isma'il dan Ishaq kemudian bersama-sama mengebumikan jasad ayah mereka di Gua Makhpela di Hebron, tempat Sarah dimakamkan.[6] Ishaq kurang lebih berusia 75 tahun dan Ya'qub berusia lima belas tahun saat itu.
Setelah tua, pandangan Ishaq mulai melemah. Takut bahwa dia dapat meninggal sewaktu-waktu, Ishaq kemudian memerintahkan Esau berburu dan membuatkan makanan kesukaannya dari buruan itu, sehingga Ishaq dapat mendoakan keberkahan bagi putra sulungnya tersebut. Ribka yang mengetahui niatan Ishaq kemudian memerintahkan Ya'qub agar menghidangkan makanan tersebut kepada Ishaq sebelum Esau pulang berburu. Ribka kemudian memakaikan pakaian Esau pada Ya'qub, juga membalutkan kulit domba pada tangan dan leher Ya'qub karena Esau adalah orang yang berbulu lebat. Saat Ya'qub menghidangkan makanan tersebut, Ishaq meraba tubuh Ya'qub dan berkata, "Kalau suara, suara Yakub, kalau tangan, tangan Esau." Setelah menyantap hidangan tersebut, Ishaq mendoakan Ya'qub, yang dia kira adalah Esau, agar dia dikaruniai kebaikan, rezeki yang banyak, dan dia menjadi tuan bagi saudaranya, dan begitu juga keturunannya.[7]
Setelah Ya'qub keluar, Esau mendatangi Ishaq, menghidangkan makanan yang ayahnya minta. Namun Ishaq mengatakan kalau tadi telah menyantap hidangannya dan telah mendoakannya. Ishaq dan Esau kemudian tahu bahwa tadi yang datang adalah Ya'qub. Esau meraung-raung pada ayahnya, tapi Ishaq mengatakan kalau doanya tidak bisa ditarik kembali. Esau kemudian berjanji untuk membunuh Ya'qub bila Ishaq telah meninggal. Mengetahui ancaman Esau, Ribka memerintahkan agar Ya'qub pergi menuju rumah saudara Ribka, Laban, yang ada di Mesopotamia.[9] Sebelum pergi, Ishaq mendoakan Ya'qub dan melarang Ya'qub memperistri wanita-wanita Palestina karena penduduk kawasan tersebut kebanyakan tidak beriman, sehingga Ishaq memerintahkan Ya'qub mencari istri dari keluarga besar Ibrahim yang ada di Mesopotamia. Setelahnya, Ya'qub pergi meninggalkan Palestina. Esau mendengar bahwa ayahnya tidak menyukai perempuan Palestina, padahal dia sendiri sudah memperistri dua orang perempuan Palestina, sehingga dia mencari istri lagi. Istri ketiga Esau adalah Mahalat, putri Isma'il.[11]
Saat dalam perjalanan menuju rumah pamannya, Ya'qub tidur di suatu tempat dengan berbantalkan batu. Di sana dia bermimpi melihat tangga melihat sebuah tangga yang tersusun antara bumi dan langit dan para malaikat naik turun tangga tersebut, kemudian Allah berfirman bahwa Ya'qub akan memiliki keturunan yang sangat banyak, memberkahinya, dan menyertainya selalu. Setelah bangun, Ya'qub menjadikan batu yang dia gunakan untuk alas kepala menjadi sebuah tugu dan menuangkan minyak di atasnya, kemudian menamai tempat itu Betel. Ya'qub juga bernazar apabila bisa kembali pulang ke rumah Ishaq dengan selamat, dia akan mendirikan rumah ibadah untuk Allah di tempat Ya'qub mendirikan tugu, juga akan memberikan sepersepuluh dari seluruh rezeki yang Allah karuniakan padanya.[13]
Ya'qub kemudian sampai dan tinggal di rumah Laban yang berada di Haran. Laban memiliki dua putri, yang sulung bernama Lea dan yang bungsu bernama Rahel. Ya'qub melamar Rahel dan Laban menerima pinangan tersebut dengan syarat Ya'qub mau bekerja menjadi penggembalanya selama tujuh tahun. Saat waktu tujuh tahun telah usai, diadakanlah pesta pernikahan dan Laban menikahkan Lea dengan Ya'qub. Di pagi harinya, barulah Ya'qub tersadar kalau dia tidak dinikahkan dengan Rahel, tetapi Lea, dan Ya'qub kemudian meminta penjelasan pamannya tersebut. Laban mengatakan kalau menikahkan anak yang muda padahal yang tua belum menikah bukanlah tradisi di tempat tersebut. Laban kemudian melanjutkan bahwa dia akan menikahkan Rahel dengan Ya'qub jika dia bersedia bekerja untuknya tujuh tahun lagi. Ya'qub menyanggupi dan akhirnya Rahel juga menjadi istri Ya'qub. Laban juga memberikan seorang budak perempuan bernama Zilpa sebagai pelayan Lea dan Bilha sebagai pelayan Rahel.[15]
Ya'qub lebih mencintai Rahel dari Lea, tetapi Rahel mandul. Di sisi lain, Lea melahirkan beberapa putra: Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda.[17] Rahel merasa cemburu dengan kakaknya dan kemudian memberikan Bilha sebagai selir atau istri untuk Ya'qub. Tradisi seorang wanita memberikan budak perempuannya untuk dijadikan selir suaminya dapat disamakan dengan praktik ibu pengganti pada masa modern. Saat budak tersebut melahirkan, maka anaknya juga akan dianggap secara hukum sebagai anak sang nyonya. Bilha kemudian melahirkan dua orang putra: Dan dan Naftali. Lea kemudian menjadikan Zilpa sebagai selir atau istri Ya'qub. Zilpa kemudian melahirkan dua orang putra: Gad dan Asyer. Lea kemudian mengandung lagi dan melahirkan dua putra: Isakhar dan Zebulon. Lea juga melahirkan seorang putri bernama Dina. Setelahnya, barulah Rahel dapat hamil sendiri dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Yusuf.[18]
Keberadaan Ya'qub menjadikan harta keluarga Laban diberkahi Allah sehingga hartanya menjadi berkembang pesat. Saat Ya'qub berencana kembali ke Palestina, Laban sebenarnya enggan melepaskannya. Ya'qub meminta upah dari pekerjaannya selama ini, yakni kambing-domba yang hitam, berbintik-bintik, dan belang-belang dari hewan ternak Laban. Laban menyetujuinya, tetapi anak-anak Laban kemudian mengambil hewan-hewan ternak dengan ciri-ciri seperti itu dan membawanya pergi sejauh perjalanan tiga hari, sedangkan hewan ternak yang tersisa dibiarkan dipelihara Ya'qub. Kemudian Ya'qub memotong dahan-dahan pohon muda dan mengupas sebagian kulitnya sehingga di dahan-dahan tersebut terbentuk pola belang-belang. Dahan-dahan itu kemudian diletakkan di tempat-tempat minum ternak tersebut karena mereka suka kawin saat hendak minum. Jika ternak-ternak itu kawin di depan dahan itu, maka anaknya juga akan menjadi belang-belang. Ya'qub meletakkan dahan-dahan itu hanya di depan hewan ternak yang kuat. Jadi hewan yang lahir berbintik atau berbelang dalam keadaan kuat dan semuanya menjadi milik Ya'qub, sedangkan yang lemah tetap menjadi milik Laban.[20] Peristiwa ini adalah mukjizat Ya'qub.
Ya'qub kembali ke Palestina bersama istri-istri dan anak-anaknya, para budak, dan hewan-hewan ternak. Ya'qub mengutus seseorang terlebih dahulu untuk menemui Esau, tetapi saat kembali, utusan tersebut menyatakan bahwa Esau sedang dalam perjalanan menemui Ya'qub diiringi empat ratus orang. Merasa takut, Ya'qub kemudian membagi kafilahnya menjadi dua rombongan, agar bila yang satu diserang, yang lain dapat selamat.[22]
Saat malam, Ya'qub menyeberangkan kafilahnya melewati sungai Yabok (diidentifikasikan dengan sungai Zarqa), meninggalkan Ya'qub seorang diri. Kemudian Ya'qub bergulat dengan seorang laki-laki tak dikenal dan laki-laki itu memukul sendi pangkal paha Ya'qub. Setelahnya, lelaki itu menanyakan nama Ya'qub dan Ya'qub menjawabnya. Lelaki itu melanjutkan bahwa nama Ya'qub sekarang adalah Israel. Itulah sebabnya keturunan Ya'qub kemudian disebut dengan Bani Israel. Ya'qub balik menanyakan nama lelaki tersebut, tetapi dia tidak menjawab dan pergi. Ya'qub kemudian tersadar bahwa lelaki itu sebenarnya adalah malaikat.[24]
Setelah kafilah Ya'qub melanjutkan perjalanan, mereka kemudian bertemu rombongan Esau. Ya'qub kemudian bersujud sebagai bentuk penghormatan dan Esau kemudian memeluk Ya'qub dan mereka saling bertangisan. Para istri, selir, dan anak-anak Ya'qub juga ikut memberikan sujud penghormatan. Ya'qub kemudian memberikan sebagian hewan ternaknya pada Esau sebagai hadiah. Awalnya Esau menolak, tetapi kemudian menerima setelah didesak Ya'qub berulang kali. Esau menawarkan untuk menemani kafilah Ya'qub, tetapi Ya'qub menolak tawaran tersebut karena anak-anaknya masih kecil dan ada hewan-hewan ternaknya yang masih menyusu sehingga mereka tidak bisa berjalan tergesa-gesa. Rombongan Esau dan Ya'qub kemudian berpisah. Ya'qub kemudian membeli tanah di Sikhem (sudah masuk kawasan Palestina) dan mendirikan kemah-kemahnya di sana.[26]
Di Palestina, Dina yang dalam perjalanan mengunjungi para perempuan di daerah tersebut kemudian diculik oleh Sikhem (namanya sama dengan nama kota) dan diperkosa. Sikhem kemudian justru jatuh cinta dengan Dina dan ingin menikahinya, maka ayah Sikhem yang merupakan pemimpin kawasan tersebut, Hemor, mengunjungi Ya'qub dan merundingkan kemungkinan keluarga mereka untuk berbesan. Namun anak-anak Ya'qub yang lain merasa sakit hati dengan perlakuan mereka pada Dina, tetapi kemudian mereka memberi syarat agar keluarga Hemor untuk berkhitan supaya Dina bisa dinikahkan dengan Sikhem. Berkhitan adalah tanda seseorang masuk dalam agama Ibrahim. Hemor sepakat dan dia menyuruh laki-laki dari keluarganya dan penduduk kota untuk berkhitan. Saat rasa sakit berkhitan masih terasa di antara penduduk, Simeon dan Lewi datang dan membunuh mereka semua, termasuk di antaranya adalah Sikhem dan Hemor, mengambil harta mereka, dan membawa Dina pulang.[28]
Setelahnya Allah memerintahkan kafilah Ya'qub ke Betel untuk tinggal di sana. Di Betel, Allah kembali berfirman padanya dan menjanjikan bahwa akan lahir raja-raja dari keturunannya dan negeri Palestina akan menjadi miliknya. Ya'qub kemudian mendirikan tugu di tempat tersebut, menyembelih hewan untuk kurban, dan menuangkan minyak di atasnya.[30] Beberapa tempat yang diidentifikasikan sebagai Betel adalah Beitin,[31] al-Bireh,[32] atau Baitul Maqdis (Darussalam).
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Hebron, rumah Ishaq. Di tengah perjalanan, Rahel melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian dinamai Benyamin. Namun persalinan tersebut sangat sulit dan Rahel kemudian meninggal. Dia dikuburkan di daerah dekat Bethlehem.[33]
Setelahnya, kafilah Ya'qub tiba di Hebron di kediaman Ishaq. Ishaq meninggal pada usia 180 tahun, kemudian Ya'qub dan Esau memakamkan ayah mereka di Gua Makhpela yang juga menjadi makam dari Ibrahim, Sarah, dan Ribka.[34] Ya'qub dan Esau diperkirakan berusia sekitar 120 tahun saat itu.
Suatu hari, Yusuf mengatakan pada Ya'qub bahwa dia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan sujud kepadanya. Ya'qub kemudian berpesan agar tidak menceritakan mimpi itu pada saudara-saudaranya yang lain, kemudian menjelaskan bahwa dia akan dipilih Allah menjadi seorang nabi. Di sisi lain, putra-putra Ya'qub yang lain iri dengan Yusuf karena merasa ayah mereka lebih mencintai Yusuf dan Benyamin dibandingkan mereka. Mereka kemudian berencana membunuhnya, tetapi Ruben mengusulkan agar Yusuf jangan dibunuh, tetapi dibuang saja ke sumur agar dipungut kafilah yang lewat.[35]
Setelah sepakat, mereka membujuk Ya'qub agar memperbolehkan membawa Yusuf bermain. Awalnya Ya'qub merasa keberatan karena khawatir Yusuf akan diterkam serigala, meski akhirnya dia menyetujui rencana tersebut. Saat berhasil membawa Yusuf keluar, mereka melucuti baju Yusuf dan melumurinya dengan darah palsu, sementara Yusuf sendiri dibuang di dalam sumur. Saat itu Allah mewahyukan pada Yusuf, "Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari." Kemudian putra-putra Ya'qub yang lain pulang ke rumah sambil menangis, memberikan pakaian Yusuf yang berlumuran darah, dan mengatakan kalau Yusuf dimakan serigala saat Yusuf mereka tinggal di belakang. Mendengar pengakuan mereka, Ya'qub hanya pasrah kepada Allah dan mengatakan, "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu, maka hanya bersabar itulah yang terbaik. Dan kepada Allah saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap yang kamu ceritakan."[36]
Yusuf sendiri dipungut oleh musafir dan dibawa ke Mesir.[37] Setelah berbagai peristiwa yang dialami, Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja mengenai akan datangnya masa kekeringan parah selama tujuh tahun. Yusuf kemudian diangkat menjadi orang dekat Raja dan bertugas mengurus persediaan pangan Mesir.[38] Saat kekeringan benar-benar terjadi, dampaknya terasa sampai Palestina. Ya'qub kemudian memerintahkan putra-putranya selain Benyamin agar berangkat ke Mesir untuk membeli persediaan gandum dari Mesir. Saat bertemu, mereka tidak mengenali Yusuf, tapi Yusuf mengenali mereka. Yusuf memberikan mereka gandum dan barang-barang mereka yang dijadikan alat tukar juga turut dimasukkan ke dalam karung. Yusuf juga berpesan agar mereka membawa saudara mereka yang lain jika ingin membeli gandum kembali ke Mesir, bila tidak, mereka diancam tidak akan mendapat jatah gandum lagi.[39]
Putra-putra Ya'qub menyampaikan pesan itu pada Ya'qub, tetapi Ya'qub tidak mempercayai mereka karena mereka sebelumnya juga tidak amanah dalam menjaga Yusuf. Setelah mereka membuka karung dan menemukan barang-barang mereka ada di sana, Ya'qub akhirnya luluh, tapi memaksa anaknya agar bersumpah untuk menjaga Benyamin.[40] Di kesempatan berikutnya, Benyamin ikut rombongan kakak-kakaknya ke Mesir. Namun saat pulang, piala raja ditemukan di karung Benyamin sehingga dia ditahan oleh Yusuf dan pihak berwenang. Putra-putra Ya'qub yang lain memohon untuk tetap memperbolehkan Benyamin ikut pulang dengan ganti salah satu dari mereka akan menggantikan posisi Benyamin, tapi Yusuf menolak usul itu. Akhirnya mereka kembali ke Palestina tanpa Benyamin dan itu membuat Ya'qub sangat bersedih.[41]
Meski demikian, Ya'qub tiba-tiba memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar mengenai Benyamin, juga Yusuf yang sudah lama hilang. Saat kembali lagi ke Mesir, barulah Yusuf memberi tahu jati dirinya. Saudara-saudaranya kemudian mengaku bersalah atas tindakan mereka dulu, tetapi Yusuf memaafkan mereka. Setelahnya, Yusuf memberikan bajunya pada mereka untuk diusapkan ke wajah Ya'qub sehingga dia dapat kembali melihat. Saat rombongan mereka keluar Mesir, Ya'qub mengatakan bahwa dia mencium bau Yusuf, tetapi keluarganya tidak mempercayainya. Setelahnya, putra-putra Ya'qub kembali ke rumah dan Ya'qub kembali dapat melihat setelah baju Yusuf diusapkan ke wajahnya. Mereka juga memohon ampun kepada Ya'qub atas perbuatan mereka dan Ya'qub membalas bahwa dia akan memintakan ampun putra-putranya pada Allah. Setelahnya, keluarga besar Ya'qub hijrah dan tinggal di Mesir.[42] Alkitab menyebutkan bahwa saat hijrah ke Mesir, Ya'qub berusia 130 tahun.[43]
Baik Al-Qur'an dan Alkitab menyebutkan mengenai wasiat Ya'qub sebelum meninggal. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Ya'qub bertanya pada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Isma'il, dan Ishaq, Tuhan Yang Maha Esa dan kami berserah diri kepada-Nya."[44]
Wasiat Ya'qub dalam Alkitab terkait peran dari keturunan anak-anaknya di masa mendatang, seperti keturunan Yehuda akan mewarisi tongkat kerajaan, keturunan Zebulon akan tinggal di tepi laut dan menjadi pangkalan kapal, keturunan Asyer akan memiliki makanan mewah berlimpah dan akan memberikan santapan raja-raja, dan keturunan Naftali akan dikaruniai anak-anak yang indah.[46]
Alkitab menjelaskan bahwa Ya'qub wafat pada usia 147 tahun.[47] Jenazahnya kemudian dirempah-rempahi selama empat puluh hari dan bangsa Mesir berkabung selama tujuh puluh hari. Setelahnya, jenazah Ya'qub diantar ke Palestina dan diiringi putra-putranya, para pegawai raja, dan para sesepuh istana. Penduduk Palestina yang melihat prosesi itu menyebutkan bahwa perkabungan orang Mesir amat riuh. Ya'qub kemudian dikebumikan di Gua Makhpela di Hebron, di tempat jenazah Sarah, Ibrahim, Ishaq, Ribka, dan Lea juga dikebumikan.[48] Setelah menjadi wilayah kekhalifahan, didirikanlah sebuah masjid di tempat itu yang bernama Masjid Ibrahimi.[50]
Ya'qub dipandang sebagai nabi dalam Islam. Meski namanya cukup banyak disebutkan bila dibandingkan nabi yang lain, kisahnya yang termaktub dalam Al-Qur'an hanyalah terkait kehidupan Yusuf dan wasiatnya. Bagian kehidupannya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Al-Qur'an tidak dikisahkan mengenai Ya'qub yang berdakwah kepada kaum tertentu, tetapi disebutkan bahwa dia selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat.[51]
Namanya dalam Al-Qur'an kerap dirangkaikan bersama Ibrahim dan Ishaq, juga dengan beberapa nabi yang lain, menegaskan kedudukannya sebagai nabi, orang saleh, dan sosok beriman yang diberi wahyu dan petunjuk oleh Allah.[44][52][53][54][55][56] Ya'qub juga dinyatakan memiliki kekuatan yang besar dan ilmu yang tinggi.[57] Disebutkan pula bahwa Allah menganugerahi kitab dan kenabian pada keturunannya.[58] Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Ya'qub, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.[59][60]
Umat Yahudi memandang Ya'qub sebagai nabi. Bersama Ibrahim dan Ishaq, nama Ya'qub juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq, dan Tuhannya Ya'qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain.[61]
Dalam Tanakh disebutkan mengenai janji Allah bahwa Ya'qub akan memiliki keturunan yang sangat banyak[62] dan akan terlahir raja-raja dari keturunannya, juga negeri Palestina akan diberikan padanya dan keturunannya.[63]
Gereja Katolik memandang Ya'qub sebagai santo. Perayaan liturginya dirayakan oleh Gereja Katolik ritus Bizantium pada hari ahad kedua sebelum natal.[64]
Ayah — Ishaq. Putra Ibrahim dan Sarah.
Ibu — Ribka. Putri Betuel bin Nahor. Nahor adalah saudara Ibrahim.
Ya'qub juga disebut dengan Israel (bahasa Arab: اسرائيل, translit. Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) sehingga keturunannya disebut Bani Israel. Dua belas suku dalam Bani Israel didasarkan atas dua belas putra Ya'qub. Berikut anak-anak Ya'qub berdasarkan urutan kelahiran:
Umat Muslim meyakini bahwa telah banyak nabi diutus oleh
untuk umat manusia. Nabi-nabi ini disebutkan namanya dalam Al-Qur'an.
lima rasul yang mendapatkan gelar
Malaikat (serapan Arab: مَلَائِكَة, rumi: malā'ikah, bentuk jamak kata مَلَك malak atau مَلَاك malāk[1] yang bermaksud kekuatan) dalam Islam, merupakan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang dijadikan daripada cahaya lagi mulia dan terpelihara daripada maksiat. Malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah-perintah daripada Allah Yang Maha Berkuasa. Mereka tidak berjantina, tidak bersuami atau isteri, tidak beribu atau berbapa dan tidak beranak. Mereka tidak tidur dan tidak makan serta tidak minum. Mereka mampu menjelma dalam pelbagai bentuk rupa yang dikehendaki dengan izin Allah SWT. Sebagai contoh malaikat datang kepada kaum Nabi Luth menyerupai lelaki yang kacak[2]. Malaikat dikatakan mempunyai sayap dan mampu terbang dengan laju (sesuai dengan cahaya yang bergerak laju).
Umat Islam Muslim wajib beriman kepada malaikat dengan tafsil (تفصيل) dan ijmal (إجمال).
Beriman dengan tafsil adalah beriman akan setiap satu daripada mereka secara berasingan dan bukan mempercayai mereka itu sebagai satu (contoh: satu kumpulan) dan percaya yang tiap satunya adalah malaikat. Berikut adalah sepuluh malaikat yang wajib diketahui secara tafsil.
Di antara para malaikat yang wajib setiap orang Islam ketahui sebagai salah satu Rukun Iman adalah :-
Dari nama-nama malaikat di atas lebih tiga yang disebut dalam Al Qur'an, iaitu Jibril[6], Mikail[7], Malik[8], Raqib & Atid[9]. Sedangkan Israfil,Mungkar dan Nakir disebut dalam Hadits.
Nama Malaikat Maut, Izrail, tidak ditemui sumbernya baik dalam Al Quran mahupun Hadis. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumber Israiliyat. Dalam Al Quran, dia hanya disebut sebagai Malaikat Maut atau malakkul maut ( ملك موت)
Walaupun namanya hanya disebut dua kali dalam Al Quran, malaikat Jibril juga disebut di banyak tempat dalam Al-Quran dengan sebutan lain seperti Ruhul Qudus, Ruhul Amin & lain lain.
Selain dari sepuluh malaikat ini terdapat beberapa malaikat yang tidak diketahui berapa banyak bilangannya melainkan Allah SWT satu daripada mereka diberi nama Malaikat Zabaniah (زبانية) yang merupakan malaikat Allah SWT yang ditugaskan untuk membawa ahli neraka ke neraka & menyeksa mereka serta menyeksa & menangkap Iblis ketika ketibaan sakaratulmaut Iblis, umumnya malaikat Zabaniah diberikan tugas untuk melakukan azab-azab tertentu dengan perintah Allah SWT. Malaikat-malaikat juga diturunkan oleh Allah SWT ketika umat Islam berperang membantu tentera Islam sehingga tentera kafir gentar melihat bilangan tentera Islam yang banyak.
Beriman kepada malaikat yang ajmal ialah percaya akan wujudnya malaikat yang lain selain daripada sepuluh malaikat yang wajib diketahui tersebut dan wujudnya beberapa malaikat lain yang tidak diketahui berapa bilangannya melainkan Allah SWT.
Antara malaikat yang wajib diketahui secara ajmal ialah malaikat pemegang atau yang menanggung Arasy iaitu empat malaikat dan pada hari akhirat akan ditambah sebanyak empat lagi menjadikannya lapan malaikat penanggung arasy. Juga diketahui akan wujudnya malaikat penjaga manusia atau Hafzah. Berikut merupakan malaikat lain selain daripada 10 yang wajib diketahui ialah:
Dalam Islam, Iman kepada malaikat adalah salah satu Rukun Iman. Beriman kepada malaikat adalah percaya dan membenarkan dengan hati bahawa malaikat Allah benar-benar wujud. Malaikat bersifat ghaib, tidak dapat dilihat oleh mata kasar, tetapi dapat diketahui dan difahami secara majaz(metafora), seperti adanya wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Para nabi dan rasul menerima wahyu melalui perantara malaikat Allah.
Iman kepada malaikat merupakan Rukun Iman yang ke-2. Rukun Iman yang 6 merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, juga tidak dapat dipilih-pilih. Sehingga tidak disebut orang beriman jika tidak meyakini salah satu dari Rukum Iman.
Asal-usul kejadian Malaikat telah direkodkan dalam Hadith yang pernah diriwayatkan dalam Hadis Riwayat Muslim oleh Aisyah yang dilaporkan bahawa Muhammad bersabda
Walau bagaimanapun, jenis, sifat dan hakikat tersebut tidak diterangkan secara lanjut dalam mana-mana sumber yang lain.
Malaikat pula dijadikan dalam keadaan bersayap, sama ada dua, tiga ataupun lebih.[12] Kejadian tersebut juga dilengkapi dengan rupa yang cantik.[13] Walaupun begitu, setiap malaikat tidak mempunyai kejadian dan kedudukan yang sama. Setiap Malaikat mempunyai keistimewaan, tugas, dan kedudukan yang berbeza bergantung kepada kehendak Allah.[14][15]
Kejadian istimewa Malaikat juga menjadikan Malaikat sebagai makhluk yang tidak bernafsu. Maka, Malaikat tidak akan makan, minum,[16] bosan yang sentiasa mengabdikan diri kepada Allah.[17][18] Malaikat juga tidak berjantina iaitu bukan dari kalangan lelaki mahupun perempuan juga beranak-pinak.[19][20]
Terdapat banyak riwayat terutamanya Hadith yang memperihalkan besarnya saiz Malaikat. Kebanyakan saiz Malaikat dikisahkan dengan perbandingan saiz bumi, langit, jarak cahaya, jarak masa, antara timur dan barat, dan perbandingan lain yang berskala besar menunjukkan bahawa saiz sebenar Malaikat adalah jauh sangat besar berbanding saiz manusia.
Nabi Muhammad S.A.W pernah melihat rupa sebenar Malaikat Jibril sebanyak 2 kali, iaitu ketika peristiwa Israk dan Mikraj. Perkara ini diceritakan sendiri di dalam al-Quran:
(5) Wahyu itu (disampaikan dan) diajarkan kepadanya oleh (malaikat Jibril) yang amat kuat gagah, -(6) Lagi yang mempunyai kebijaksanaan; kemudian ia (malaikat Jibril) memperlihatkan dirinya (kepada Nabi Muhammad) dengan rupanya asal, -(7) Sedang ia (malaikat Jibril) berada di arah yang tinggi (di langit);(8) Kemudian ia (malaikat Jibril) mendekatkan dirinya (kepada Nabi Muhammad), lalu ia berjuntai sedikit demi sedikit,(9) Sehingga menjadilah jarak (di antaranya dengan Nabi Muhammad) sekadar dua hujung busaran panah, atau lebih dekat lagi;(10) Lalu Allah wahyukan kepada hambaNya (Muhammad, dengan perantaraan malaikat Jibril) apa yang telah diwahyukanNya........(13) Dan demi sesungguhnya! (Nabi Muhammad) telah melihat (malaikat Jibril, dalam bentuk rupanya yang asal) sekali lagi,(14) Di sisi "Sidratul-Muntaha";(15) Yang di sisinya terletak Syurga "Jannatul-Makwa".(16) (Nabi Muhammad melihat jibril dalam bentuk rupanya yang asal pada kali ini ialah) semasa " Sidratul Muntaha" itu diliputi oleh makhluk-makhluk dari alam-alam ghaib, yang tidak terhingga.(17) Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak berkisar daripada menyaksikan dengan tepat (akan pemandangan yang indah di situ yang diizinkan melihatnya), dan tidak pula melampaui batas.(18) Demi sesungguhnya, ia telah melihat sebahagian dari sebesar-besar tanda-tanda (yang membuktikan luasnya pemerintahan dan kekuasaan) Tuhannya.
– al-Quran, Surah an-Najm, Ayat 5-9, 13-18
Ketika peristiwa Israk dan Mikraj itu, Rasulullah yang melihat Malaikat Jibril dalam keadaan rupanya yang sebenar lantas memuji Malaikat Jibril akan kehebatannya. Malaikat Jibril mempunyai 600 sayap, apabila dibuka satu sayap maka gelaplah seluruh bumi ini. Namun begitu, Malaikat Jibril mengatakan kepada Rasulullah bahawa jangan memujinya kerana Rasulullah masih belum melihat Malaikat lain yang lebih hebat kejadiannya. Lalu Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril, jika masih ada Malaikat yang lebih hebat daripadanya?" Malaikat Jibril menjawab,
"Ya, ada. Malaikat Israfil mempunyai 1,200 sayap, yang satu sayapnya menyamai 600 sayap Malaikat Jibril."
Sesudah itu, Rasulullah bertanya lagi," Adakah Malaikat Israfil paling hebat?" Jawab Malaikat Jibril,
"Tidak, Malaikat yang memikul Arasy Allah. Malaikat ini mempunyai 2,400 sayap yang satu sayapnya menyamai 1,200 sayap Malaikat Israfil".
Salah satu riwayat memperihalkan pula tentang saiz Malaikat pemikul Arasy itu.
"Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat di antara malaikat-malaikat pemikul Arasy. Sesungguhnya apa yang ada di antara dua cuping telinganya sampai ke bahunya adalah sejauh perjalanan 700 tahun (dalam riwayat lain, 700 tahun burung terbang dengan laju)."
Malaikat telah lama wujud atau diciptakan sebelum kewujudan Adam sebagai manusia pertama. Malah, malaikat juga yang dipertanggungjawabkan oleh Allah untuk mengambil tanah di bumi untuk dijadikan acuan kepada penciptaan Adam. Malaikat pertama yang diutuskan Allah untuk mengambil tanah adalah Jibril kemudian Mikail namun kedua-duanya gagal dan pulang ke hadrat Allah kerana tanah menangis memohon agar tidak mengambil mereka sebaliknya mengambil bahan-bahan lain untuk dijadikan manusia. Kemudian Allah mengutus Izrail,dengan taat dan tanpa menghiraukan tangisan tanah, maka Izrail merentap mereka dan membawanya kepada Allah. Sempena peristiwa ini Allah telah melantik Izrail sebagai malaikat pencabut nyawa-"Malaikatul Maut". Tugas ini ditolak Izrail kerana sekiranya manusia akan mengutuk serta membencinya namun Allah memberi jaminan kepada Izrail dengan menjadikan setiap maut pasti ada penyebabnya agar Izrail tidak dipersalahkan.
Terdapat sangkaan Yang salah bahawa iblis itu ketua bagi para Malaikat. Hakikatnya, iblis dan Malaikat adalah makhluk ciptaan yang berbeza. Malaikat sentiasa taat pada Allah manakala iblis ingkar perintah Allah.
Malaikat (bahasa Arab: المَلَائِكَة (jamak); tunggal: المَلَك atau المَلْأَك) menurut agama Islam adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah tidak makan dan tidak minum dan juga tidak mempunyai nafsu seperti manusia. Malaikat merupakan makhluk yang selalu taat kepada Allah dan tidak pernah membangkang kepadaNya. Malaikat selalu beribadah kepada Allah tiada henti dan mereka senang mencari dan mengelilingi majlis dzikir. Malaikat mempunyai kemampuan yang diberikan oleh Allah yaitu mereka dapat mengubah bentuknya seperti manusia. Malaikat makhluk surgawi yang diciptakan oleh Allah (Islam) dari cahaya untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang diberikan kepadanya. Malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya (nur) berdasarkan hadist nabi Muhammad, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya (Kemendikbud, 2013:91)”[1][2].
Meyakini keberadaan malaikat merupakan salah satu dari enam Rukun iman dalam Islam, tepatnya rukun iman yang kedua.[3] Percaya kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun tidak terlihat, dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya serta tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.
Walaupun pada dasarnya manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia. Hal ini biasanya terjadi pada para nabi dan rasul. Malaikat selalu menampakkan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul, seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.
Dalam bahasa arab, kata "malaikat atau malaikah" (ملائكة) adalah bentuk jamak atau plural. Bentuk tunggalnya adalah "malak" (ملك). Asal dari kata malak yaitu dari kata "alaka ya’luku alukatan" (ألك – يألك – ألوكة), artinya mengirim pesan atau mengutus, bentuk masdar(infinitif) mim-nya adalah ma’lak (مألك) yang artinya utusan.
Ada juga yang mengatakan, asalnya dari kata "la’aka yal’aku" (لأك – يلأك), yang juga memiliki arti mengirim atau mengutus. Sehingga bentuk masdar(infinitif) mim-nya adalah mal’ak (ملأك), yang berarti utusan.
Karena sulit diucapkan, hamzah yang terdapat di tengah harus dibuang kemudian harakat fathah dari huruf hamzah tersebut diberikan kepada huruf lam sehingga menjadi malak (ملك). Oleh sebab itu hamzah ini akan muncul lagi dalam bentuk jamaknya yakni mala’ikah (ملائكة).
Kata mal’ak dalam bahasa Ibrani diucapkan dengan lafal mal’akh (מלאך) yang juga berarti "utusan". Bunyi huruf kaf dalam bahasa Ibrani lebih condong ke bunyi H serak, sementara dalam bahasa arab bunyi huruf Kaf cenderung lebih ke bunyi K namun dengan akhiran bocor seperti H sehingga terdengar "Ak*h".
Di antara para malaikat yang wajib setiap orang Islam ketahui sebagai salah satu Rukun Iman, berdasarkan Al Qur'an, hadits dan kitab-kitab. Nama (panggilan) beserta tugas-tugas mereka adalah sebagai berikut:
Nama Malaikat Maut dikatakan Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumber Israiliyat. Dalam Al Qur'an dia hanya disebut Malak al-Maut atau Malaikat Maut.
Malaikat Jibril, walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al Qur'an, ia juga disebut di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan sebutan lain seperti Ruh al-Qudus, Ruh al-Amin dan lainnya.
Dari nama-nama malaikat di atas ada beberapa yang disebut namanya secara spesifik di dalam Al Qur'an, yaitu Jibril (Al Baqarah 2:97,98 dan At Tahrim 66:4), Mikail (Al Baqarah 2:98) dan Malik (Al-Hujurat) dan lain-lain. Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir disebut dalam Hadits.
Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur'an; ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi:
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Kemudian, dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jibril memiliki 600 sayap, Israfil memiliki 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril dan yang terakhir dikatakan bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil.
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk[86] tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya. Hanya Nabi Muhammad ﷺ yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali.[87]
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.
Pertemuan Muhammad dengan beberapa malaikat penting dalam perjalanannya melalui bidang surgawi, memainkan peran utama dalam narasi versi Ibn Abbas.[88][89] Banyak cendekiawan seperti Al-Tha`labi menarik penafsiran mereka di atas narasi ini, namun tidak dapat menghasilkan angelologi yang mapan yang dikenal dalam agama Kristen.
Sifat-sifat malaikat yang diyakini oleh umat Islam adalah sebagai berikut:
Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indra, kecuali jika malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Ada pengecualian terhadap kisah Muhammad yang pernah bertemu dengan Jibril dengan menampakkan wujud aslinya, penampakkan yang ditunjukkan kepada Muhammad ini sebanyak 2 kali, yaitu pada saat menerima wahyu dan Isra dan Mi'raj.
Beberapa nabi dan rasul telah di tampakkan wujud malaikat yang berubah menjadi manusia, seperti dalam kisah Ibrahim, Luth, Maryam, Muhammad dan lainnya.
Berbeda dengan ajaran Kristen dan Yahudi, Islam tidak mengenal istilah "Malaikat Yang Terjatuh" (Fallen Angel). Azazil yang kemudian mendapatkan julukan Iblis, adalah nenek moyang Jin, seperti Adam nenek moyang Manusia. Jin adalah makhluk yang dicipta oleh Allah dari 'api yang tidak berasap', sedang malaikat dicipta dari cahaya.
Menurut syariat Islam ada beberapa tempat di mana para malaikat tidak akan mendatangi tempat (rumah) tersebut dan ada pendapat lain yang mengatakan adanya pengecualian terhadap malaikat-malaikat tertentu yang tetap akan mengunjungi tempat-tempat tersebut. Pendapat ini telah disampaikan oleh Ibnu Wadhoh, Imam Al-Khothobi, dan yang lainnya. Tempat atau rumah yang tidak dimasuki oleh malaikat itu di antara lain adalah:
Kesemuanya itu berdasarkan dalil dari hadits shahih yang dicatat oleh para Imam, di antaranya adalah Ahmad, Bukhari, Tirmidzy, Muslim, dan lainnya. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang.[106]
Malaikat Rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan (memelihara) anjing.[107]
YOGYAKARTA- Kajian jelang berbuka di masjid Islamic Center UAD pada hari Sabtu (30/03) membahas tema tentang hukum dan Islam yang disampaikan oleh M. Habibi Miftakhul Marwa SHI, MH (Dosen Fakultas Hukum UAD) selaku pemateri.
Mengutip dari Rene David guru besar hukum dan ekonomi universitas Paris, Habibi menyampaikan bahwa tidak mungkin orang memperoleh gambaran yang jelas tentang Islam sebagai suatu kebulatan, jika orang tidak mempelajari hukumnya. Kemudian kerangka dalam Islam itu ada 3, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah berbicara tentang keyakinan dan keimanan serta bagaimana tentang ketauhidan. Syariah adalah sistem hukum yang ada di dalam ajaran agama Islam. Syariah merupakan kumpulan norma ilahi yang Allah turunkan kepada umat manusia. Akhlak secara garis besar adalah sistem etika dan moral yang ada di dalam ajaran agama Islam. Antara ketiga kerangka tersebut terdapat satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Islam memiliki kumpulan aturan yang lengkap hampir bisa dikatakan setiap aktivitas yang ada di dalam kehidupan manusia ini Islam memiliki sistem aturan. Aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah dalam syariat itu ada aturan yang mengatur terkait tata cara beribadah dan membangun hubungan dengan Allah SWT. Islam juga mengatur tata cara membangun hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam yang disebut dengan muamalah.
Kemudian Habibi juga menjelaskan terkait perbedaan syariat dan hukum. Di mana syariat itu adalah kumpulan norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (ibadah), hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan (muamalah).
Dan hukum merupakan suatu kumpulan aturan yang dapat dilaksanakan untuk mengatur atau mengatur masyarakat atau aturan apapun yang dibuat sebagai suatu aturan hukum seperti aturan dari perlemen. Manusia harus di atur agar manusia bisa hidup tertib agar tidak terjadi konflik. Dia juga menyampaikan bisa disebut hukum apabila memenuhi 4 unsur yaitu ada aturan, ada yang membuat, bersifat memaksa, ada sanksinya bagi para pelanggar aturan.
“Kedudukan hukum dalam Islam saling terikat karena Islam menjadi agama paripurna yang berisi aturan-aturan dan yang menjadi sumber hukum utama dalam Islam adalah Alquran dan hadis. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin hukum umat Islam.” Terangnya.
Dalam Alquran memiliki kandungan hukum, seperti pada surat surat madaniyah kandungannya berkaitan dengan hukum. Ayat-ayat hukum di dalam Alquran ada sekitar 368 ayat atau sekitar 5,8 persen dari seluruh ayat di dalam Alquran. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin hukum telah meletakkan hukum-hukum modern di tengah masyarakat arab yang masih jahiliah. Nabi Muhammad datang membawa perubahan terkait sistem hukum yang ada di Arab pra Islam. (Ekha Yulia Ningsih)
Judi bola merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meramaikan Piala Dunia 2022. Judi tersebut sudah termasuk dalam salah satu bentuk-bentuk perjudian yang melibatkan olahraga sepakbola di dalamnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), judi diartikan sebagai permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhannya. Pelaku judi, termasuk judi dalam pertandingan sepakbola, dapat ikut terlibat maupun tidak terlibat dalam permainan yang menjadi media judi.
Melansir buku Pasar Modal Syariah karangan Dr. Alexander Thian, bila pelaku judi ikut terlibat dengan permainan disebut dengan gaming, sementara bila tidak ikut permainan disebut dengan betting atau taruhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Judi karena taruhan adalah menonton pertandingan bola yang dimainkan oleh orang lain dengan imbalan bahwa yang kalah akan membayar sejumlah uang atau barang kepada pihak yang menang tebakan," tulis Dr. Alexander Thian.
Terkait permainan di atas sebetulnya sudah banyak dijelaskan hukumnya dalam Islam melalui ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadits. Lantas, apa hukum judi bola dalam Islam?
Judi dalam bentuk apapun hukumnya haram sebagai perkara yang dilarang Allah SWT. Praktik perjudian dalam Al-Qur'an dikenal dengan maisir yang bahkan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Salah satu bunyi ayat Al-Qur'an yang menyinggung soal larangan judi adalah surah Al Ma'idah ayat 90-91. Kedua ayat tersebut menjelaskan, judi merupakan perbuatan setan yang hanya menimbulkan permusuhan.
(90) يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
(91) اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ
Artinya: 90. Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.
91. Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui minuman keras dan judi serta (bermaksud) menghalangi kamu dari mengingat Allah dan (melaksanakan) salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?
Kemudian, dalam surah Al Baqarah ayat 219 ditegaskan bahwa judi termasuk dalam perbuatan dosa besar. Allah SWT berfirman,
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ
Artinya: Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya." Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah, "(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang diperlukan)." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berpikir
Jumhur ulama Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali semuanya sepakat bahwa unsur penting dari maisir--termasuk judi bola--tersebut adalah taruhan. Hal itulah yang merupakan illat atau sebab bagi keharaman judi.
Larangan judi bola dalam Islam sebetulnya merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT untuk melindungi hambaNya. Diterangkan Kitab Al Mawsu'ah Al Fiqhiyyah, dampak negatif judi disebut lebih berbahaya dibandingkan riba dengan dua kerusakan utama yakni, memakan harta haram dan terjerumus permainan terlarang.
"Maysir benar-benar telah memalingkan seseorang dari dzikrullah, dari shalat, juga mudah timbul permusuhan dan saling benci. Oleh karena itu, maysir diharamkan sebelum riba," tulis kitab tersebut.
Buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas XI karya Toto Adidarmo menambahkan, praktik judi termasuk dengan judi bola bisa menyebabkan pelakunya menjadi malas hingga bangkrut, memicu pertikaian bahkan pembunuhan. Lebih lanjut, dampak lebih jauhnya pada kehancuran rumah tangga, penyimpangan kehidupan sosial yang normal, dan pemicu dari praktik kriminal.
Hati-hati ya, detikers!
Hewan melata dalam bahasa ilmiah dikenal dengan kelompok Herpetofauna. Secara harfiah, herpetofauna berasal dari 2 kata yaitu herpeton, dan fauna, atau hewan yang bagian ventral menghadap substrat dalam kondisi normal. Ilmu yang mengkaji tentang hewan melata disebut dengan Herpetologi. Herpetofauna dibagi ke dalam dua kelas besar yaitu amphibia dan reptilia, masing-masing kelompok hewan tersebut memiliki keunikan tersendiri. Allah menyebutkan kelompok hewan ini secara tersurat dalam Al-Qur’an:
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. An-Nuur: 45)
Berikut adalah penjelasan dari Tafsir Al-Muyassar/ kementrerian agama Saudi Arabia (Tafsirweb.com, 2020). “Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk yang berjalan di muka bumi ini berasal dari mani, maka sebagian dari makhluk itu ada yang berjalan di atas perutnya, merayap seperti ular, dan sebagian berjalan dengan dua kaki seperti manusia dan burung, sedang sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki seperti binatang ternak. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, baik yang telah disebutkan itu ataupun belum disebutkan, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tiada sesuatupun yang membuat-Nya lemah”.
Pada beberapa tafsir yang lain seperti dikutip dari Tafsir Al-Mukhtasar pusat tafsir Riyadh (Tafsirweb.com, 2020), hewan yang berjalan diatas perut diumpamakan sebagai reptil atau hewan melata pada umumnya. Sedangkan yang dijelaskan oleh Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah (Tafsirweb.com, 2020), hewan yang berjalan dengan 4 kaki diumpamakan hewan lain secara umum dan tidak merujuk pada hewan ternak saja.
Amphibia berasal dari 2 kata yaitu, Amphi dan bias atau diartikan hewan yang memiliki kehidupan rangkap/ganda. Seringkali amfibi diidentikan dengan hewan yang hidup di dua alam, namun lebih tepatnya amfibi adalah hewan yang melalui metamorfosis dan memiliki 2 fase kehidupan, yaitu fase larva yang umumnya dijumpai pada habitat perairan yang basah, dan fase dewasa yang lebih sering dijumpai pada habitat yang relatif kering. Beberapa amfibi diketahui tidak memiliki metamorfosis, beberapa mengalami metamorfosis namun tidak sempurna. Kelas Amphibia dibagi ke dalam tiga ordo, yaitu anura, caecilia (apoda, gymnophiona), dan caudata (urodela, salamander).
Beberapa karakter umum dari amfibi diantaranya memiliki sifat poikilotermik ektotermik atau berdarah dingin. Amfibi tidak dapat melakukan regulasi suhu tubuh secara mandiri, sehingga suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan habitat. sehingga amfibi memiliki batas resistensi suhu yang relatif sempit dibandingkan dengan hewan vertebrata lainnya. Amfibi memiliki jantung berongga 3 yang terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel, hal ini mengakibatkan darah bersih dan darah kotor akan bercampur pada ventrikel, meskipun demikian jantung amfibi diciptakan cukup unik karena memiliki mekanisme pemisahan darah bersih dan darah kotor, sehingga otak dan organ lainnya dapat selalu tersuplai dengan baik sesuai dengan kebutuhan asupan nutrisinya. Amfibi memiliki kelenjar mucus dan toksin/racun pada kulitnya. Kelenjar mucus akan mensekresikan cairan keatas permukaan kulit amfibi agar kulit senantiasa lembab, hal ini untuk membantu proses pernafasan amfibi dengan bantuan kulit agar lebih efisien sebagai pensuplai oksigen tambahan selain dari paru-paru yang masih sederhana. Beberapa amfibi memiliki perilaku mengeluarkan suara (vokalisasi), sehingga umumnya amfibi dilengkapi indera pendengaran berupa membran timpanum. Pada hewan vertebrata pada umumnya memiliki epitel sensoris pada telinga tengah yang disebut pappila basilaris, sehingga dapat mendengar suara dengan frekuensi tinggi diatas 1000 Hz via stapes. Pada amfibi, selain pappila basilaris, mereka juga memiliki pappila amphibiorum yang dapat mendeteksi suara dengan frekuensi rendah dibawah 1000 Hz.
Ordo Anura atau katak dan kodok memiliki berbagai karakter morfologi yang mensuport perilaku mobilitas untuk melompat. Beberapa modifikasi organ yang dimiliki anura untuk mobilitas saltator diantaranya pengurangan volum dan massa tubuh tanpa mengurangi kekuatan dan fungsinya. Modifikasi ini bisa diamati dengan jelas pada rangka anura yang secara umum memiliki reduksi dan fusi di beberapa organ. Pada area cranial, anura memiliki tengkorak tipe gymokrotaphic, yaitu tengkorak yang terbuka khususnya di area temporal. Bagian tengkorak yang mereduksi dapat mengurangi massa tubuh. Hal serupa juga dapat diamati pada bagian rangka tubuh, beberapa tulang mengalami reduksi seperti sternum (tulang dada) dan costae (tulang rusuk). Selain reduksi rangka, terdapat juga beberapa tulang yang berfusi seperti urostylus, gabungan tulang radius dan ulna menjadi radio-ulna, gabungan tibia dan fibulamenjadi tibia-fibula. Dengan reduksi dan bersatunya beberapa tulang tersebut, khususnya pada tulang tungkai, menyebabkan amfibi memiliki massa tubuh yang relatif ringan, dan kekuatan lompatan yang besar. Beberapa famili dari Ordo Anura yang umum dijumpai di Indonesia diantaranya adalah: Famili Ranidae, Bufonidae, Rhacophoridae, Microhylidae, dan Megophryidae.
Gambar 6. Beberapa koleksi anura di area Malang, atas kiri: Huia masonii, atas tengah: Duttaphrynus melanostictus, atas kanan: Leptobrachium hasseltii, kiri bawah dan kanan bawah: Chalcorana chalconota, serta bawah tengah: Microhyla achatina (Foto Tim Maliki Herpetology Society).
Ordo Caecilia, Gymnophiona atau Apoda, memiliki ciri umum tidak bertungkai (a=tanpa; podos=kaki tungkai). Sepintas ordo ini mirip cacing, namun jika diamati seksama, apoda memiliki karakter umum yang khas dan tidak dimiliki hewan lain yang mirip dengannya, diantaranya adalah memiliki tengkorak bersifat stegokrotaphic dan zygokrotaphic yang lebih tertutup dibandingkan tengkorak pada anura, mata yang mereduksi karena habitat umum hewan ini adalah fossorial (meliang), sebagian lain bersidfat akuati, dengan mereduksinya mata apoda dilengkapi oleh sensor tambahan berupa tentakel kecil di area antara mata dan nostril. Apoda memiliki tubuh memanjang dengan ekor yang mereduksi, sehingga beberapa organ tubuh yang berpasangan, salah satunya mereduksi (paru-paru kiri). Permukaan tubuh apoda terlihat bercincin (annuli), dan dibawah kulit terdapat kantong sisik di bawah lekukan cincin tubuhnya tersebut. Apoda melakukan reproduksi secara internal, individu jantan dilengkapi dengan alat kopulasi khusus yaitu copulatoris phallodeum. Beberapa famili dari Ordo Apoda diantaranya adalah: Famili Rhinatrematidae, Ichthyopiidae, Caeciliidae, dan yang terbaru ada Chikilidae dari India yang dideskripsi tahun 2012.
Ordo Caudata, Urodela, atau sering disebut Salamander merupakan satu-satunya ordo dari Kelas Amphibia yang tidak ditemukan di habitat Indonesia. Salamander sekilas mirip kadal karena sebagian jenis memiliki ekor dan tungkai dengan tubuh memanjang seperti kadal pada umumnya. sebagian besar anggota salamander dapat ditemukan di daerah dengan ikim sub tropis. Larva bernafas dengan insang filamentous seperti amfibi pada umumnya, namun beberapa jenis salamander bahkan masih menggunakan insang sebagai organ respirasi sampai fase dewasa, sehingga beberapa jenis salamander memiliki sifat paedomorfis (paedo= juvenil, morfism=bentu tubuh). Paedomorfism juga dapat dijumpai pada beberapa salamander sebagai respon terhadap gangguan lingkungan. Beberapa famili dari salamander yaitu: Famili Sirenidae, Amphiumidae, Plethodontidae, Proteidae, Salamandridae, Ambystomatidae, dan Cryptobranchiidae.
Gambar 7. Atas: Salamandra salamandra (©2000 Arie van der Meijden); Bawah: Ichthyophis sikkimensis (©2017 Krushnamegh Kunte)